Setelah sebelumnya menggunakan jasa travel untuk pergi ke luar negeri, di tahun ini saya mencoba untuk backpackeran ke Jepang tanpa menggunakan jasa travel. Semuanya serba diurus sendiri, mulai dari hunting tiket pesawat, memesan hotel, hingga membuat itinerary. Ternyata seru juga yak! Soalnya aura petualangannya lebih terasa. Saya dan teman harus sigap membaca peta rail map agar tidak tersasar. Tetapi ujung-ujungnya tersasar juga hehe.
Kami menggunakan penerbangan yang low cost (tetapi menurut teman saya yang sering ngebolang, katanya tiket segitu masih termasuk mahal) sehingga mengalami yang namanya transit dulu di Kuala Lumpur (KL), Malaysia. Namun cerita transit di KL akan saya ceritakan pada tulisan berbeda saja ya. Nah, dari KL kami tiba di Haneda Airport pada dini hari sehingga merasakan yang namanya tidur di bandara. Berikut adalah cerita lebih lengkapnya.
Baca: Itinerary Backpackeran ke Jepang
Backpackeran ke Jepang Tiba di Haneda Airport
Waktu itu saya dan teman tiba di Haneda Airport pukul 22.30 waktu Jepang. Suhu di dalam bandara cukup bersahabat, namun berangsur-angsur dingin menjelang shubuh. Setelah melapor imigrasi dan lain-lain, kami segera meluncur ke lantai dua berdasarkan arahan petugas yang berjaga.
Di lantai dua, kami stay di sekitar mushola yang ada di pojok bandara. Musholanya terpisah antara laki-laki dan perempuan. Lalu yang membuat saya terkesan adalah mushola ini menggunakan pintu otomatis, baru nemu deh di negara ini. Soalnya selama ini mushola yang saya temui menggunakan pintu geser biasa, tetapi tidak jika di Jepang. Keren deh!.
Secara bergantian, saya dan teman saling menjaga barang masing-masing baik saat shalat dan ketika ke toilet (saya yakin deh sebenarnya tidak perlu begitu juga soalnya di Jepang jarang maling). Saya juga semakin takjub ketika berada di dalam toilet, semuanya menggunakan teknologi. Aslinya sih saya sudah tau, kalau di Jepang pasti semuanya sangat canggih termasuk untuk urusan toilet, tetapi tetap saja saya sangat terkesan.
Setelah shalat dan bersih-bersih, saya dan teman langsung beristirahat. Kami tiduran di bangku dekat mushola. Jangan coba-coba tidur di dalam mushola ya, karena tidak boleh dan ada petugas yang sejak malam bolak-balik mengecek ke area mushola. Oh iya tidak perlu khawatir atau malu ketika tidur di bangku, soalnya banyak temannya kok.
Pagi menjelang, setelah shalat shubuh, kami langsung pergi ke toilet untuk berganti baju (tanpa mandi hehe). Setelah itu kami memasak mie instant untuk menghangatkan perut di tap water yang tersedia di dekat toilet. Lumayan deh agak hangat soalnya pagi itu cukup dingin di bandara.
Setelah itukami kembali ke lantai 1 untuk menunggu loket pelayanan JR Pass (Japan Rail Pass) dibuka pada pukul 06.45 waktu setempat. Rupanya di sana sudah banyak wisatawan yang mengantri untuk membeli JR Pass, kami langsung saja mengantri di sana.
Di Jepang memang benar-benar memberikan pelayanan prima ya, petugas yang berjaga mendatangi turis yang mengantri agar mereka mengisi formulir lebih awal sehingga pelayanan menjadi lebih cepat. Nah, untuk JR Pass yang hanya berlaku 3 hari tidak perlu mengisi formulir, cukup menunjukan passport saja saat berada di meja pembayaran.
JR Pass yang berlaku 3 hari ini namanya Tokyo Wide Pass. Dengan ini kita bisa bebas keluar masuk stasiun sesuai dengan permintaan (waktu itu kami memilih Yamanoto Line dengan line berwarna hijau) termasuk merasakan naik Shinkansen, asik banget kan? JR Pass yang kami beli ini harganya sebesar ¥10.000, lebih hemat daripada beli tiket manual.
Setelah mendapatkan JR Pass, kami langsung menuju ke Stasiun Hamamatsucho dengan menggunakan Tokyo Monorail dari Haneda. Nah, seharusnya kalau sudah punya JR Pass, cukup memperlihatkan saja ke petugas loket sehingga kita free saat masuk ke stasiun. Namun karena kami newbie, kami malah membeli tiket lagi. Setelah melihat wisatawan lain, barulah kami sadar kalau ternyata tidak perlu membeli tiket lagi.
Dan petualangan dimulai, dari Haneda menuju Kawaguchi Lake untuk melihat Gunung Fuji yang bersahaja.
Dari Kereta ke Kereta: Shinjuku-Otsuki-Fuji Kyuko Line
Kereta pertama yang kami rasakan saat di Jepang adalah Tokyo Monorail menuju Hamamatsucho. Keretanya super bersih dan lega, bebas deh mau duduk di mana saja. Yang membuat saya kembali takjub adalah pemandangan di luar kereta. Pemandangannya indah, melewati laut (kalau tidak salah lihat) dan juga kota Tokyo. Apalagi saat itu matahari terang benderang, semakin mempercantik pemandangan. Tak beberapa lama kami tiba juga di Hamamatsucho.
Di Hamamatsucho, kami meletakkan koper di dalam loker stasiun. Harga sewa lokernya adalah ¥600 yang lebih murah dibandingkan sewa loker di tempat wisata. Setelah itu kami ganti kereta menuju Shinjuku dengan menggunakan kereta biasa seperti commuter line Jabodetabek.
Setelah berada di Shinjuku, kami langsung bergegas berganti kereta lagi menuju Otsuki dengan JR Express Train. Sebelumnya kami sudah reservasi tiket saat berada di Haneda sehingga tidak perlu takut tidak kebagian tempat duduk karena menurut petugas hari itu sedang padat karena masih jam kerja.
Kami membawa bekal bento yang dibeli di stasiun untuk dibawa di dalam kereta. Kalaupun tidak mau membawa bekal dari luar, di dalam kereta juga ada petugas yang menjajakan makanannya kok.
Bagaimana dengan keretanya? Yah tak perlu ditanya lagi deh, bagus, rapih, bersih, nyaman deh pokoknya. Saya sempat tertidur beberapa menit sampai akhinya dibangunkan oleh teman kalau ternyata sudah sampai di Otsuki.
Setibanya di Otsuki, kami langsung bengong, habis ini naik apa ya? tetapi insting ngebolang kami mengatakan untuk mengikuti wisatawan lain saja. Di Otsuki ini kami langsung berganti kereta lagi menuju Kawaguchi Lake dengan menggunakan Fuji Kyuko Line.
Kali ini keretanya benar-benar keren deh, interiornya terbuat dari kayu sehingga aroma kereta wisatanya sangat terasa. Kami berdua langsung duduk, soalnya kalau tidak kebagian tempat duduk ya terpaksa harus berdiri saja.
Sepanjang perjalanan dengan menggunakan Fuji Kyuko Line, penumpang disuguhi pemandangan perbukitan indah dan rumah-rumah tradisional. Gara-gara pemandangan nan indah tersebut, ada 2 turis wanita yang entah dari negara mana jadi norak banget. Mereka sepertinya masih ABG sambil memainkan instastory merekam setiap pemandangan yang ada. Awalnya sih fine saja, tetapi saat Gunung Fuji terlihat dari kereta, mereka jadi histeris dan narsisnya melebihi orang-orang Indonesia yang katanya narsis. Beberapa turis yang ada di dalam kereta jadi agak terganggu namun mereka tetap cuek saja, merekam video dan jeprat-jepret di sana sini.
Ya sudah, harap maklum saja, ternyata bule juga sama hehe. Kita tinggalkan mereka karena akhirnya kami tiba juga di Kawaguchi Lake.
Melihat Gunung Fuji di Kawaguchi Lake
Ke Jepang rasanya belum sempurna kalau belum melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Gunung Fuji yang bersahaja. Saat tiba di stasiun akhir Kawaguchi, kami segera menuju….menuju apa hayooo? Menuju toilet dulu hehe supaya tidak repot sata nanti berada di Kawaguchi. Jangan lupa ya membawa tisu basah, soalnya toilet di sini belum tersedia air seperti toilet di bandara.
Setelah itu, kami niatnya mau langsung beli tiket untuk naik bis wisata yang akan membawa kami menuju Kawaguchi Lake. Apa daya, ada es krim yang menggoda, jadilah kami beli es krim dulu dan rasanya memang enakkkk. Baru deh, sambil menikmati es krim, kami membeli tiket bus seharga ¥1300 yang ternyata dapat digunakan selama 2 hari lho.
Sambil mengantri, kami menghabiskan dulu es krimnya karena tidak boleh makan es krim di dalam bis. Baca peta baik-baik ya karena ada 2 line untuk mengelilingi Kawaguchi Lake. Karena kami ingin melihat Gunung Fuji, maka kami antri di green line saja dan tak berapa lama bis yang dinantikan tiba juga.
Sepanjang perjalanan di dalam bis, kami disuguhi pemandangan yang indah berbau alam. Kalau sebelumnya bertema perkotaan, nah di area Kawaguchi ini alam banget deh. Ada danau, ada perbukitan, dan aneka tempat wisata yang dapat disusuri satu per satu. Kalau semuanya mau dirasakan sepertinya memang butuh 2 hari khusus untuk di Kawaguchi Lake, tetapi menginapnya harus di sekitar tempat tersebut supaya tidak bolak-balik.
Akhirnya yang ditunggu-tuunggu datang juga, si Kawaguchi Lake yang sangat indah, cantik, menawan, suasana romantic, pokoknya wonderfull banget.
Saat kami tiba di sana sudah pukul 12 siang waktu setempat. Matahari sangat bersinar namun udara tetap sejuk. Hanya saja, saking kuatnya sinar matahari, lensa kamera saya tidak sanggup menangkap sosok Gunung Fuji. Tetapi saya dapat melihat sosoknya dengan mata kepala sendiri. saat itu bagian punggung Gunung Fuji agak berkabut, hanya bagian atapnya saja yang berselimut salju abadi yang dapat dilihat jelas oleh pandangan mata. Sayangnya kamera tetap tidak bisa menangkap sosoknya.
Konon kalau berhasil melihat Gunung Fuji dengan mata kepala sendiri, kita bisa balik lagi ke Jepang lho. Aamiin.
Lama ke lamaan Gunung Fuji tertutup kabut. Ya sudah, saya dan teman memikmati di sekitar saja yang tak kalah indah. Lagi pula kami sudah melihat Gunung Fuji dengan jelas saat tadi berada di kereta.
Warna di sekitar danau Kawaguchi berwarna coklat, biru, dan pink karena memang tanamannya masih menyesuaikan dengan suhu dingin di sana. Setelah duduk dan mengabadikan beberapa gambar, lagi-lagi saya menikmati es krim blueberry sambil menatap danau yang indah.
Sayangnya kami tidak terlalu lama di sana mengingat perjalanan menuju tempat selanjutnya yaitu Ueno cukup jauh sehingga kami memutuskan untuk kembali saja agar tidak terlalu kemalaman saat tiba di Ueno.
Dari Kawaguchi Lake, kami kembali naik bus dengan rute yang sama (rutenya memutar) dan kembali ke stasiun dengan menggunakan Fuji Kyuko Line menuju Otsuki kembali. Kali ini kereta yang menemani lucu sekali karena bertema Thomas. Andai anak saya ikut, pasti dia senang banget deh.
Tiba di Ueno
Setelah naik kereta dengan menggunakan rute sebaliknya, kami tiba juga di Stasiun Ueno dari Hamamatsucho. Kami berdua sudah kepayahan, agak lelah karena kurang tidur sampai membuat kami salah melali pintu keluar menuju hotel. Beruntung deh menggunakan JR Pass jadi bisa bolak-balik stasiun dengan mudah. Kalau kasusnya salah keluar begini kan tidak perlu repot membeli tiket lagi.
Sambil membawa koper, akhirnya kami tiba juga di Sutton Palace Hotel. Kami kemudian check in dan meletakkan koper di dalam kamar. Setelah itu kami keluar lagi untuk makan malam.
Menurut catatan di beberapa blog, di sekitar Ueno itu banyak jajanan dan makanan halal. Sayangnya hotel kami agak jauh dari lokasi yang dimaksud sehingga kami makan malam di kedai yang letaknya dekat dengan hotel saja. Saat itu kami memilih makan salad saja karena agak bingung mau makan apa, maklum sudah malam jadi sudah lelah duluan.
Baru deh setelah perut kenyang, kami berdua kembali ke hotel untuk beristirahat. Saking lelahnya, kami berdua bangun kesiangan padahal alarm sudah difungsikan. Di hari kedua kami akan mengunjungi Gala Yuzawa dengan menggunakan Shinkansen. Tetapi akan saya tuliskan pada postingan selanjutnya ya, supaya lebih seru.
Apri ani
evventure
Agung Kharisma
evventure
Kang Nata
evventure
Yulia
evventure
Khoirur Rohmah
evventure
Matius Teguh Nugroho
evventure
wisnutri
evventure
Dwina
evventure
Fanny Fristhika Nila
evventure
Pingback: Backpackeran ke Jepang (Day 3): Ueno Park-Narita – evventure
Pingback: Michiyo Ramen, Ramen Istimewa untuk yang Terkasih - Evrina Budiastuti
Cikasur
evventure
Pingback: Backpackeran ke Jepang (Day 2): Gala Yuzawa – Shinzuku – evventure