City Tour Kota Tangerang: Warna-Warni Kampung Bekelir Hingga Kuliner Laksa

Hari kedua rangkaian Fam Trip Kota Tangerang. Meski molor dari jadwal yang sudah ditentukan lantaran ada peserta yang sakit, tapi kegiatan city tour saat itu cukup menyenangkan. Selepas menikmati sarapan pagi di Hotel Kyriad, kami semua langsung berangkat menggunakan bis menuju pusat pemerintahan Kota Tangerang yang saat itu sedang melaksanakan Parade Budaya Nusantara jilid 2.

Baca ini dulu yuk: Fam Trip Kota Tangerang Day 1

Totalitas di Parade Budaya Nusantara

Saat kami tiba di pusat pemerintahan Kota Tangerang, ternyata pawai budaya nusantara tengah berlangsung. Parade budaya nusantara ini diikuti oleh seluruh SKPD kepemerintahan dan komunitas yang ada di Kota Tangerang. Masing-masing dari mereka tampil menggunakan baju adat Indonesia yang berbeda berdasarkan daerah yang diwakilinya.

festival-budaya-nusantaraSelain penampilan parade busana daerah, perhatian saya terpukau dengan parade kostum etnik yang sangat total. Bayangkan saja, mas ganteng dan mbak cantik harus mengenakan mahkota yang besar, berat, dan tinggi, hingga sayap yang menjulang kiri ke kanan. Totalitas banget deh.

festival-budaya-nusantaraAda juga komunitas seperti komunitas penjahit yang menampilkan karya unik mereka seperti membuat pakaian dari plastik bekas dan tutup botol galon air.

Akibat penampilan yang memukau, hampir seluruh pengunjung menyempatkan diri untuk selfie atau mengabadikan karya yang ditampilkan oleh mereka.

Bermunajat di Masjid Raya Al-A’Zhom

Lelah menyaksikan parade budaya yang jumlah pesertanya sangat banyak membuat saya beristirahat sejenak di Masjid Raya Al-A’Zhom. Masjid nan megah dan memukau ini terletak dekat dengan pusat pemerintahan Kota Tangerang.

masjid-raya-al-azhomBangunan masjid yang tinggi menjulang lengkap dengan kubahnya yang sangat luas dan besar membuat saya sangat ingin berlama-lama di sana. Interiornya sungguh cantik dan sejuk sehingga sangat cocok menemani siapapun yang ingin beribadah lama di sana. Saat saya masuk, ke dalam masjid, terlihat bahwa masjid akan digunakan sebagai tempat ijab qabul pasangan calon pengantin. Namun karena acara belum dimulai, saya menyempatkan diri untuk shalat dhuha.

Selepas shalat, kemudian saya naik ke lantai dua yang merupakan tempat galery islam. Ada beberapa buku tentang islam dan poster yang ditempel pada dinding. Jika ingin menambah pengetahuan tentang dunia islam, bisa banget deh berdiam diri lama di galery islam yang ada di Mesjid Al-A’Zhom.

masjid-raya-al-azhomBermain di Taman Tematik

Panitia sudah memanggil di dalam grup. Saya langsung bergegas menuju bis dari arah mesjid. Saat itu kami akan melanjutkan perjalanan ke taman yang ada di sekitar Kota Tangerang.

Taman pertama yang kami datangi adalah Taman Cikokol. Di taman ini terdapat perpustakaan mini yang dapat digunakan oleh pengunjung. Selain itu, pengunjung juga dapat beristirahat di bangku taman yang ada di bawah pohon nan rindang.

Taman selanjutnya yang kami kunjungi adalah Taman Kunci yang merupakan gabungan dari Taman Kupu-Kupu dan Kelinci.

taman-kunciSesuai dengan namanya yaitu Taman Kupu-Kupu, maka taman ini dibuat dengan cara tertutup dengan jaring agar kupu-kupunya tidak keluar dari lokasi. Di dalam taman terdapat tempat berfoto yang berbetuk kupu-kupu yang dikelilingi oleh tanaman bunga.

Taman Kelinci berisi kelinci imut yang dikembang biakan oleh penjaga. Selain kelinci, ternyata ada burung juga di sana (saya lupa nama burungnya apa di sana). Aslinya taman kelinci ini tidak memperkenankan masyarakat masuk ke dalam. Namun karena saat itu kami sedang meliput, jadi diizinkan untuk masuk ke dalamnya

Setelah ke Taman Kunci, kami mengunjungi taman tematik lainnya yaitu Taman Potret yang berada tepat di seberang Taman Kunci.

Taman Potret berisi tempat-tempat instagramable untuk berfoto ria. Selain itu ada juga kantin Taman Potret yang tertata rapi di pojok taman. Anak-anak yang datang ke taman ini mestinya bakalan senang karena ada area bermain khusus anak-anak.

Dari sebelah kiri Taman Potret terdapat Taman Bambu yang semuanya bertemakan bambu. Cukup sejuk dan lembab ketika berada di Taman Bambu. Itu wajar saja karena bambu identik dengan air. Nah di sini juga ada spot untuk berfoto, tetapi hati-hati saja ya.

Kekenyangan di Laksa Tangerang

Kalau mau kulineran Laksa Tangerang, beneran deh kosongkan perutnya karena porsi Laksa Tangerang ini sangat banyak menurut saya. Apalagi kuahnya sudah bersantan ditambah dengan butiran kacang hijaunya.

laksaAwalnya saya langsung mencoba Laksa Tangerang tanpa ditambah bumbu atau sambal. Rasanya bagaimana? Rasanya gurih santan seperti opor ayam namun kuah santannya sangat kental karena ada tambahan kacang hijau itu tadi. Meski warnanya agak orang pertanda ada campuran cabai, kuah laksa tidak terlalu pedas, malah tidak pedas menurut saya.

Baru deh setelah mencoba rasa aslinya, kemudian saya menambahkan sambal ke dalam laksa. Benar saja, setelah ditambah dengan sambal, rasa kuah laksa cukup segar sehingga saya agak lahap memakannya.

Saya menghabiskan sedikit mie yang ada di dalam laksa karena sumpah kenyang banget. Sementara itu daging ayam kampung yang disajikan berhasil saya habiskan.

laksa-tangerangSelain laksa, ada juga otak-otak bakar yang disajikan di sana. Otak-otaknya enak meskipun ternyata ukurannya sangat kecil dibandingkan bungkusnya yang besar.

Menurut informasi, kuliner Laksa Tangerang ini tadinya dijual tersebar oleh penjual dalam gerobak. Lalu ditertibkan oleh pemerintah Kota Tangerang dan dibuatkan spot khusus Laksa Tangerang pada satu titik. Hasilnya, kuliner Laksa Tangerang ini menjadi unik dan laris manis dikunjungi oleh banyak orang.

Warna-Warni Kampung Bekelir

Nah ini yang saya tunggu. Sejak melihat mbak Katerina berfoto di Kampung Bekelir, saya penasaran deh dengan sosok kampung tematik ini. Kota Tangerang memang kreatif ya. Meskipun tidak memiliki gunung atau pantai, tidak lantaran membuat kota ini bingung akan destinasi wisata. Kalau tidak ada ya diciptakan, seperti Kampung Bekelir ini.

kampung-bekelirSaat memasuki kampung tematik dengan warna-warni cat ini, saya rasanya senang sekali. Jangankan orang tua, anak-anak pasti suka deh dengan kampung warna-warni tersebut. Tidak hanya berwarna-warni lho, tetapi juga lingkungan di sekitarnya juga bersih dari sampah.

Kampung Bekelir terdiri dari 300 KK yang terorganisasi dalam 4 RT dan dikoordinir dalam 1 RW dengan luas areal 4 ha. Tidak hanya rumah yang kompak berwarna-warni, masyarakat kampung ini juga kompak dalam hal gotong-royong lho. Ini patut dicontoh oleh kampung lainnya. Pantas saja jika kampung lainnya cukup mupeng untuk bisa seperti Kampung Bekelir.

kampung-bekelirTidak hanya sekitar kampung yang berwarna-warni, di halaman rumah mereka juga terdapat pemanfaatan pekarang yang disajikan dalam hidroponik sederhana maupun vertikultur. Tetapi saya tidak terlalu kuat juga untuk berlama-lama di sana karena agak pusing dengan warna yang ngejreng.

Di seberang Kampung Bekelir, terdapat area terbuka berbentuk selasar di pinggir sungai. Area terbuka ini juga masih bagian dari Kampung Bekelir dan sedang dikembangkan untuk penghijauan.

Jembatan Rendeng di Taman Dayung

Dari Kampung Bekelir, kami diajak untuk mengunjungi Taman Dayung. Waktu saya ke sana, saya tidak melihat ada perahu, atau saya kurang eksplorasi sebab saya dan teman lainnya sudah diajak untuk jalan kaki ke arah Jembatan Rendeng.

jembatan-rendengJembatan Rendeng merupakan jembatan yang membentang di atas Sungai Cisadane. Sama seperti Kampung Bekelir, jembatan ini juga menganut paham warna-warni yang menghiasi setiap sudutnya. Hal itu menyebabkan siapapun yang berfoto di sana menjadi terlihat lebih berwarna.

Di jembatan ini terdapat area berfoto berbentuk lantai kaca yang di bawahnya langsung terlihat Sungai Cisadane. Kalau mau naik ke atas lantai ini harus melepas alas kaki dulu ya.

Setelah dari Jembatan Brendeng, kami diajak untuk menuju ke destinasi selanjutnya ke Masjid Kali Pasir dan Boen Tek Bio. Namun saya kurang mengkseplore kedua tempat tersebut lantaran sudah lelah dan dulu sudah pernah pergi ke sana dan alhamdulillah rangkaian Fam Trip Kota Tangerang selesai juga.

Terima kasih untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tangerang serta seluruh panitia, semoga lain kali saat saya kembali ke Kota Tangerang jadi tidak bingung lagi akan destinasi wisata di Kota Tangerang.

8 Comments

  1. Reply

    Pas makan laksa mata langsung keder ya mbak, gegara porsinya super banyak dan pas banget kitorang abis makan kenyang sebelumnya jadi ya sayang banget ga bisa menikmati. huhu. Padahal enak banget laksanya. apalagi kalo lagi lapeer 🙁

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *