Hari kedua berada di Pare, Kediri, Jawa Timur sempat membuat saya dan keluarga kebingungan mau melakukan apa saja, maklum kami bepergian tanpa mempersiapkan itinerary. Soalnya kami menyesuaikan dengan keadaan ketika sudah berada di Pare, baru deh memutuskan nantinya mau pergi ke mana. Tetapi kami tidak menyangka lho kalau di hari kedua justru menjadi hari yang penuh untuk mengeksplore wisata di Blitar dalam waktu sehari saja. Apalagi jarak antara Pare dan Blitar cukup dekat, sehingga pas deh kalau mau mengeksplore Blitar seharian. Cerita lengkap tentang petualangan kami di Blitar tersaji dalam point-point berikut ini ya.
Baca ini dulu yuk: Nostalgia Sambil Wisata di Kediri
Candi Surowono
Sebelumnya saya sudah mengatakan kalau jarak antara Pare ke Blitar itu cukup dekat. Nah, berhubung selama tinggal di Pare saya belum pernah pergi ke Candi Surowono, maka sebelum mengeksplore Blitar, kami pergi ke Candi Surowono yang ada di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur. Kami pergi ke sana dengan menggunakan kendaraan online yang memang sudah banyak tersedia di Pare dan Kediri.
Sebelum masuk ke area candi, pengunjung harus mengisi buku tamu dulu. Setelah itu baru deh bisa masuk ke area dalam candi Surowono. Lokasi candi ini letaknya di pinggir jalan sehingga mudah terlihat ketika kita turun dari kendaraan.
Candi Surowono masih terjaga dengan baik meskipun beberapa reruntuhannya terlihat dijajarkan pada beberapa pondasi. Pada batu reruntuhan terdapat ukiran peninggalan sejarah yang dapat kita lihat dengan jelas. Sayangnya area Candi Surowono tidak terlalu luas sehingga kami tidak terlalu lama di sana dan lebih memilih untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya.
Candi Tegowangi
Berbeda dari Candi Surowono, Candi Tegowangi memiliki halaman yang lebih luas, lebih asri dengan kondisi candi yang lebih terawat. Saat saya berada di sana, tampak beberapa pekerja membersihkan area di sekitar candi termasuk ukiran-ukiran yang terdapat pada batu candi. Berdasarkan cerita para pekerja, mereka membersihkan area candi setiap hari agar lumut tidak menggerogoti bagian candi yang ukirannya masih terlihat jelas itu.
Sama seperti di Candi Surowono, Candi Tegowangi juga memiliki reruntuhan yang juga terjaga dan dihamparkan pada pondasi di sekitarnya. Kami cukup lama menikmati ukiran dan bentuk Candi Tegowangi ini hingga akhirnya memutuskan untuk segera berangkat ke Blitar mengingat hari sudah semakin siang.
Wisata di Blitar ke Kampung Anggrek
Bagi penyuka bunga-bungaan sepertinya cocok apabila berkunjung ke Kampung Anggrek ketika wisata di Blitar. Sesuai dengan namanya, area Kampung Anggrek didominasi dengan beraneka ragam bunga-bungaan. Ada yang disajikan dalam bentuk taman dan ada juga yang disajikan di dalam sebuah green house.
Salah satu icon di Kampung Anggrek adalah patung Orang Utan yang terbuat dari tongkol jagung. Patungnya terlihat besar sekali perpaduan antara tongkol jagung kuning dan jangung yang berwarna hitam kemerahan. Kalau datang ke sini jangan lupa untuk berfoto ya.
Indian Village
Tidak terlalu jauh dari Kampung Anggrek, terdapat Indian Village di jalur yang sama. Saya pikir Indian Village itu bentuknya seperti perkampungan, ternyata setelah sampai di sana itu merupakan tempat spot berfoto dengan tema indian. Jadi semuanya disetting ala indian untuk berfoto.
Nah, supaya suasana ala Indiannya makin terasa, pengunjung dapat menyewa topi ala indian untuk berfoto. Sayangnya ketika saya tiba di sana, jumlah pengunjung sangat padat sehingga saya agak bingung untuk mengambil spot foto karena hampir semuanya penuh. Bagian yang kurang ketika berada di Indian Village adalah minimnya pepohonan yang menyebabkan udara terasa panas. Akibat hal tersebut, kami tidak terlalu berlama-lama di sana deh.
O iya ketika berada di Indian Village ada beberapa penjual yang menjajakan nanas madu lho. Saya langsung membelinya karena selain harganya murah yaitu Rp. 5000,- per buah, nanas madunya juga sudah dikupas sehingga sangat memudahkan ketika memakannya. Rasanya bagaimana? manis, segar, nagih deh pokoknya.
Bukit Teletubies
Nah ini dia destinasi yang ditunggu-tunggu, Bukit Teletubies. Menurut pak supir yang mengantar, kami sangat lama ketika berada di Bukit Teletubies sebagai pertanda menikmati destinasi wisata di Blitar dibandingkan destinasi sebelumnya. Bagi yang mengenal saya, pasti sudah tau kan kalau yang namanya gunung, bukit, pemandangan alam nan hijau pasti membuat saya betah untuk berlama-lama di sana. Apalagi untuk pergi ke Bukit Teletubies, kami harus melewati jalan berpasir melintasi perkebunan nanas yang luasnya minta ampun deh.
Sesuasi dengan namanya yaitu Bukit Teletubies, objek wisata ini merupakan hamparan perbukitan yang hijau baik perbukitan yang memiliki kontur tinggi maupun rendah. Perbukitan ini merupakan hamparan tanaman perkebunan nanas yang kami lewati sebelumnya. Namun karena kami memandangnya dari lokasi yang lebih tinggi membuat perbukitan tersebut terlihat seperti dilapisi permadani hijau.
Di Bukit Teletubies ini kita dapat berfoto dengan menggunakan perlengkapan dan background yang sudah dibuat oleh pengelola. Untuk sekali berfoto biayanya cukup murah kok, yaitu Rp. 3000,- per orang. Kita juga bisa meminta bantuan untuk difoto oleh penjaganya.
Oh iya saya belum cerita ya, untuk naik ke Bukit Teletubies tidak perlu berjalan kaki lho. Kita bisa naik ojeg dari bawah hingga diantar ke atas dengan cukup membayar Rp. 5000,- per ojeg saja. Yang membuat saya amazing adalah driver ojegnya ada yang ibu-ibu namun mereka lihai membawa motor di jalan yang berlenggak-lenggok tersebut. Lumayankan jadi menghemat waktu serta tenaga, namanya juga wisata bukan hiking hehe.
Perpustakaan dan Makam Bung Karno
Ini merupakan kali kedua saya datang ke makam Bung Karno di Blitar. Kebetulan pak suami belum pernah datang ke sini jadi tidak apa jika datang untuk kedua kalinya sambil bernostalgia. Untuk datang ke perpustakaan dan makam Bung Karno tidak perlu membayar apa-apa lho alias gratis. Di sini pengunjung bisa mendapatkan edukasi lebih jauh lagi tentang Bapak Proklamator sambil berjiarah ke makamnya.
Sayangnya saat saya datang ke sana, perpustakaan sedang tutup. Dulu waktu saya datang ke perpustakaan terdapat cerita sejarah saat memperjuangkan kemerdekaan. Rasanya semangat membara saja ketika berada di area perpustakaan.
Keluar dari perpustakaan, pengunjung dapat melewati area terbuka sebelum menuju makam. Di area ini terdapat kutipan-kutipan membara dari pidato Bung Karno yang dikenal dapat membangkitkan semangat saat membawakan pidato. Apalagi saat itu sedang masa melawan penjajahan ya, pas sekali dengan suasananya. Dari area terbuka, pengunjung dapat berjiarah ke makam Bung Karno yang memang dibuka untuk umum.
Istana Gebang
Pergi ke Makam Bung Karno, rasanya kurang lengkap jika tidak mengunjung rumah masa kecil Bung Karno di Istana Gebang. Sama seperti Makam Bung Karno, untuk masuk ke Istana Gebang juga tidak dikenai biaya alias gratis. Pengunjung diperbolehkan masuk untuk melihat kondisi rumah hingga ke dalam kamarnya.
Di dalam Istana Gebang terdapat benda-benda zaman dahulu yang masih terawat dengan baik termasuk aneka foto dan juga lukisan. Ada salah satu lukisan yang membuat saya merinding ketika melihatnya yaitu lukisan saat Bung Karno sedang naik kuda hitam. Lukisannya berukuran sangat besar terletak di tengah rumah. Saya tidak mengabadikan lukisan tersebut, cukup melihatnya sekali saja.
Candi Penataran
Candi Penataran adalah destinasi wisata di Blitar terakhir yang kami kunjungi. Saat kami tiba di sana ternyata sudah pukul 5 sore, sementara candi ditutup pada pukul 6 sore. Tapi ada asiknya juga mengunjungi Candi Penataran di sore hari. Pertama pengunjung tidak terlalu ramai sehingga kita bisa mengabadikan foto dengan bebas. Kedua karena area candi terbuka tanpa pepohonan tentu akan membuat panas pengunjung di siang hari sehingga mengunjungi Candi Penataraan saat sore hari rasanya cocok ya.
Candi Penataran berbeda dari dua candi yang sudah saya kunjungi sebelumnya. Candi di Penataran terlihat masih lebih utuh dan lebih besar dibandingkan dua candi sebelumnya. Di sini saya lebih menikmati peninggalan sejarah ini karena ukirannya masih terlihat jelas dan komposisi candi juga masih lebih rapih. Cukup deh waktu selama satu jam untuk mengelilingi area candi dan menikmati peninggalan sejarah yang ada.
Petualangan mengeksplore wisata di Blitar selesai dilakukan. Semuanya tidak terencana sebelumnya, namun yang tidak terencana seperti itu ternyata lebih asik ya karena rasanya seperti surprise saja. Setelah dari Blitar, keesokan harinya kami melanjutkan jalan-jalan kami di Kediri dengan mengunjungi Gunung Kelud yang saya tuangkan pada postingan selanjutnya. Keep reading ya.
Anggara W. Prasetya
evventure
Lya Amalia
evventure