Sebenarnya saya agak kurang pantas bicara mengenai etika ketika berada di alam bebas karena memang saya sendiri belum expert dalam hal kegiatan outdoor. Tetapi sayapun kadang jengah melihat suguhan alam yang indah namun rusak karena ulah kita manusia.
Baru-baru ini beredar foto rusaknya suatu taman bunga di Yogyakarta, ada yang miris dan ada juga yang menyindir ini-itu. Saya tidak akan membenarkan, juga tidak akan menyalahkan, karena kedua hal tersebut apabila diperbincangkan tidak akan ada habisnya. Saya hanya ingin mengajak agar kita dapat memetik hikmah dari kejadian tersebut. Tentu kita tidak ingin kejadian tersebut terulang lagi kan? Itu sebabnya saya menulis judul etika berada di alam bebas dengan harapan agar kejadian serupa tidak terulang dimanapun, karena sesungguhnya suguhan indah yang ada di depan mata adalah untuk disyukuri dan dinikmati, bukan dirusak hingga musnah tak berbekas.
Sewaktu berjalan di beberapa gunung, saya menyadari beberapa hal bahwa ketika berada di sana kita bukanlah siapa-siapa. Membawa uang dalam jumlah banyak sekalipun tidak terlalu berarti ketika kita berada di alam terbuka. Hanya naluri untuk survive dan selalu menghargai alamlah yang membuat kita dapat bertahan di sana.
Nah apa saja etika yang harus kita lakukan ketika berada di alam bebas? Berikut adalah beberapa etika yang harus kita patuhi ketika sedang berada di sana:
1. Jangan membuang sampah sembarangan
Sepertinya ini merupakan peringatan baku bagi siapapun dan dimanapun, artinya tidak hanya di alam bebas saja tetapi juga pada lingkungan sekitar kita. Sewaktu belum naik ke Gunung Gede kemarin, teman saya mengatakan kalau di puncak Gunung Gede kotor karena banyak sampah. Saya sudah membayangkan kalau di puncak saja sudah kotor bagaimana di bawahnya? Alhamdulillah ternyata tidak sesuai apa yang disangkakan. Di atas tidak terlalu kotor, karena sepertinya pihak balai menjaga ketat hal tersebut. Tetapi saya masih menemukan ceceran atau tumpukan sampah anorganik pada beberapa gunung lainnya sewaktu mendaki kemarin. Di Semeru yang indah sekalipun masih terdapat beberapa spot sampah yang sangat tidak enak dipandang mata, padahal papan peringatan ada dimana-mana.
Mengapa beberapa orang begitu cerewet terhadap permasalahan sampah ini? Alam bebas seperti halnya gunung merupakan lumbung air dan oksigen bagi manusia dan makhluk hidup lain yang hidup di bawahnya. Apabila di atas sudah kita cemari, tentu akan berpengaruh pada ekosistem di bawah. Hal ini juga berlaku bagi alam bebas lainnya seperti hutan dan laut. Kita tak perlu menunggu opsih atau operasi bersih yang dilakukan setiap tahunnya untuk membersihkan alam kan? Karena tenaga juga terbatas sementara jumlah sampah melebihi batas.
2. No vandalism
Ketika sedang asik melihat pemandangan dan hendak mengetahui deskripsinya maka kita akan membaca papan petunjuk yang menjadi acuan. Sayangnya papan tersebut sudah tercoret dengan spidol atau pilox sehingga kita tidak dapat melihat dengan jelas pesan apa yang terkandung di dalamnya. Melihat hal tersebut apa yang teman-teman rasakan?.
Saya merasa sedih dan miris ketika melihat benda-benda alam begitu mudahnya dicorat-coret untuk mengabadikan eksistensi yang belum tentu membuat kita eksis di dunia yang sesungguhnya. Ada baiknya kita tidak mencorat-coret tempat tersebut karena akan merusak keindahan dan pemanfaatan yang ada. Biarkan alam indah apa adanya tanpa coretan vandalism yang kita hasilkan karena coretan itu tidak mudah hilang meskipun tertimpa air hujan. Kalau mau corat-coret lebih baik membawa perlengkapan sendiri seperti tulisan pada kertas, lalu bawa pulanglah kembali. Itu baru tindakan yang beretika terhadap alam.
3. Tidak mencemari lingkungan dengan bahan kimia
Sama seperti halnya sampah, pemakaian bahan kimia ketika berada di alam akan mencemari lingkungan sekitar. Sewaktu di Semeru masih diperbolehkan membawa pasta gigi dan sabun cuci dengan syarat menggali lubang terlebih dahulu agar air bekas pasta gigi dan sabun tidak mengalir ke tempat lain. Saya membayangkan jika setiap harinya ada 300 pendaki yang naik ke Semeru berarti ada 300 lubang yang sama.
Lain halnya dengan Gunung Gede, kita tidak diperbolehkan membawa bahan kimia apapun dengan alasan akan mencemari lingkungan karena Gunung Gede merupakan lumbung air bagi masyarakat sekitar termasuk Jabodetabek. Untuk itu pihak taman nasional membatasi penggunaan bahan kimia tersebut dan akan mengenakan sanksi apabila kita tetap nekad membawanya.
4. Patuhi peraturan yang dibuat
Pihak balai taman nasional atau pihak lain yang menjaga, membuat peraturan ketat sebenarnya untuk kebaikan kita sendiri. Contohnya saja pihak Taman Nasional Gunung Gede yang kemarin sangat ketat dalam pengurusan simaksi dan pemeriksaan perlengkapan. Para pendaki termasuk saya sendiri sempat mengeluh mengapa mau mendaki saja sama repotnya seperti ketika hendak check-in ke pesawat. Rupanya hal tersebut memang harus kita lalui demi keselamatan kita sendiri. Persyaratan harus dipenuhi oleh para pendaki, kalau ada satu saja yang terlewat maka kita tidak boleh melanjutkan pendakian.
Apabila nekad maka hasilnya seperti ini: Saya melihat ada pendaki yang kesakitan karena telapak kakinya tertusuk paku. Ternyata dia memakai sandal, padahal pihak balai sudah mewajibkan pendakian menggunakan sepatu. Pendaki tersebut mengganti sepatu dengan sandal ketika sudah melewati pos penjagaan. Padahal untuk mendaki, sebaiknya kita menggunakan sepatu gunung untuk menjaga kaki kita dari kemungkinan apapun seperti kejadian pendaki yang saya temui.
Kemudian ada juga beberapa pendaki yang agak menyepelekan pemakaian jas hujan, padahal pihak balai juga sudah mewajibkan penggunaan jas hujan lengkap bukan jas hujan plastik yang mudah sobek. Akhirnya saya melihat pada tim saya sendiri ada yang mengalami kedinginan karena memakai jas hujan plastik sementara hujan terus membasahi selama pendakian. Oleh karena itu ada baiknya patuhi peraturan yang sudah ditetapkan ketika kita berada di alam bebas demi keselamatan diri sendiri.
5. Tidak merusak
Ini berlaku bagi siapapun termasuk saya. Di gunung atau alam bebas lainnya sering kita jumpai bunga indah yang bermekaran. Di padang Verbena Oro-Oro Ombo atau alun-alun Surya Kencana yang dipenuhi oleh Bunga Edelwise misalnya, membuat siapapun ingin memegang dan berfoto dengan keindahan bunga tersebut. Sebaiknya cukup hanya dengan berfoto saja tanpa merusak, menginjak atau memetiknya. Itu dilarang sama sekali, karena kalau kita sudah melakukannya maka bisa jadi orang lain akan mencontoh atau mengikuti. Sudah terbuktikan dengan taman Bunga Lily yang ada di Yogyakarta?.
6. Jangan membuat api unggun apapun alasannya
Kita sempat menyaksikan beberapa gunung mengalami kebakaran akibat ulang sengaja maupun tidak disengaja dari pembuatan api unggun. Itu sebabnya pihak balai melarang keras pembuatan api unggun di gunung karena dapat menyebabkan kebakaran hutan. Gunakan tabung gas untuk memasak dan menghangatkan diri lalu bawa bekasnya ketika sudah habis, jangan biarkan terbuang begitu saja di atas gunung.
7. Bawa perlengkapan yang memadai bukan yang seadanya
Karena kita akan menikmati alam dan bukan menantang alam maka peralatan yang dibawa harus memadai sesuai dengan standart keselamatan. Perhatikan kembali perlengkapan wajib yang harus dibawa sebelum berpetualang di alam bebas.
8. Tidak boleh sombong
Ketika berada di alam bebas, kita tidak boleh memperlihatkan kesombongan atau ketamakan bahwa kita bisa menaklukan alam. Percaya atau tidak karena kalau kita sombong maka akan kena batunya sendiri. Teman saya yang memang sudah expert hendak mendaki gunung yang tingginya lebih rendah. Dia agak menyepelekan gunung tersebut lantaran sudah mendaki gunung yang lebih tinggi. Hasilnya, dia merasa dibuat tersesat seolah puncak sangat jauh padahal sebenarnya hanya berputar di situ-situ saja. Sejak itu dia kemudian mengingatkan untuk tidak menyepelekan alam bebas. Pada saat berada di luar, kita harus menghargai alam sekitar ciptaan Tuhan.
9. Tolong menolong dan menghargai
Saling tolong menolong dan menghargai sesama petualang di alam bebas sangat perlu dilakukan karena tanpa orang lain tentu kita tidak bisa survive sendirian. Saya sangat menyukai toleransi dari teman-teman pendaki ketika bertemu atau bersimpang jalan pada saat pendakian. Beberapa kali saya dan teman-teman mendapatkan bantuan dari teman pendaki lainnya meskipun kami tidak saling mengenal.
Jangan pernah sekali-kali membuat keputusan sendiri ketika berada di alam bebas. Hasilnya beberapa kali kita melihat ada kasus pendaki hilang dan mengalami kecelakaan karena koordinasi dulu dengan timnya. Hal itu tentu akan merugikan diri sendiri serta orang lain. Maka ada baiknya dalam satu tim kita harus kompak satu sama lain.
10. Bersyukurlah
Alam serta segala hal yang terkandung di dalamnya merupakan ciptaan Tuhan. Cobalah sejenak untuk diam dan menikmati keindahannya. Letakkan kamera dan rasakan setiap desiran angin yang menerpa. Kemudian kita akan sadar bahwa Tuhan sungguh Maha Besar. Nikmat itu akan lebih indah ketimbang hanya mengabadikan gambar saja. Bersyukurlah maka Tuhan mu akan memberikan nikmat yang lebih banyak lagi.
Alam sebenarnya sangat berirama dengan kita manusia asalkan kita juga mampu menjadi bagian dan menjaga kelestariannya. Alam seperti halnya benda hidup dan benda mati hanya akan berakibat buruk apabila kita sendiri yang memicu terjadinya hal tersebut. Oleh karena itu perhatikanlah beberapa hal di atas ketika sedang berada di alam bebas, agar alam dapat terus lestari meskipun kita masuk ke dalamnya. Jagalah selalu alam kita agar selalu indah dan memberikan manfaatnya bagi seluruh makhluk hidup. Salam lestari!
Lozz Akbar
evrinasp
Lusi
evrinasp
momtraveler
evrinasp
Hidayah Sulistyowati
evrinasp
Anggarani Ahliah Citra
evrinasp
Edi Padmono
evrinasp
uwien budi
evrinasp
cumilebay maztoro
evrinasp
Rifa Aditya
evrinasp
Anne
evrinasp
nurul
evrinasp
Nunung Yuni A
evrinasp
widyanti yuliandari
evrinasp
Nefertite Fatriyanti
evrinasp
Orin
evrinasp
Satu Jam
evrinasp
Nia Haryanto
evrinasp
Jiah
evrinasp
Gilang Setno
evventure
mutia
evventure