Petualangan ke Korea Selatan (7): Gyeongbok Palace-Itaewon-Bukcheon Hanok Village

gyeongbok-palace

Yeaaay akhirnya masuk ke bagian yang saya tunggu-tunggu untuk diceritakan yaitu mengunjungi istana impian: Gyeongbok Palace. Ini istana masuk wish list banget, soalnya pingin lah merasakan masuk ke suasana drama saeguk Korea Selatan. Sudah beberapa kali melihat gambaran istana ini di serial drama mulai dari dramanya Jang Geum, Dong Yi, Moon Embracing the Sun, Moonlight Drawn by Clouds dan lain-lain. Penasaran aja seperti apa sih istana Gyeongbok Palace itu. Ternyata istana ini merupakan istana terbesar yang ada di Korea Selatan. Alhamdulillah saya sudah bisa masuk ke dalamnya.

National Folk Museum

Sebelum masuk ke Gyeongbok Palace, rombongan kami diajak ke National Folk Museum yang letaknya bersampingan dengan Gyeongbok Palace. Saat itu udara sangat dingin, saya lupa suhu udara berapa yang jelas kami agak tidak kuat berdiam diri di luar tanpa bergerak.

national-folk-museum

national-folk-museum

national-folk-museum

Museum ini merupakan museum sejarah mengenai kehidupan di Korea Selatan pada zaman dahulu kala. Kami seolah diajak masuk ke zaman saeguk karena kental sekali dengan nuansa Korea di zaman dahulu.

Saya agak kurang ingat apa saja yang dijelaskan oleh Mr Guide, tapi ada dua hal yang belum saya lupakan karena berkali-kali si Mr menegaskan hal tersebut.

  1. Tentang peraturan kerajaan

Zaman dahulu di Korea Selatan ternyata sangat ketat, terutama yang berkaitan dengan kerajaan. Masyarakat bisa mudah sekali kehilangan kepala apabila menggunakan tanda atau symbol yang hanya boleh digunakan oleh anggota kerajaan. Contohnya tidak boleh menggunakan symbol naga yang menggambarkan symbol kerajaan. Kemudian tidak boleh memasang symbol kera di atap rumah karena hanya boleh digunakan untuk istana kerajaan. Kera ini seperti symbol kera sakti yang bertugas menjaga keamanan komplek kerajaan. Lalu tidak boleh berjalan di area khusus raja, bisa kehilangan kepala nanti. Tapi itu zaman dulu ya, sekarang sih boleh, kemarin saya berjalan di sana waktu di istana.

national-folk-museum

national-folk-museum

national-folk-museum

  1. Anak laki-laki yang meratap

Zaman dulu tugas anak laki-laki adalah belajar terus, berbeda dengan sekarang: belejar, bekerja dan menikah. Ketika orang tuanya meninggal, maka si anak harus mendoakan sambil meratap dan mengucapkan “aigoo-aigoo” selama tiga bulan di depan abu jenazah orang tuanya. Lama juga ya, tetapi sekarang tidak selama itu, cukup tiga minggu saja jika saya tidak salah dengar. Oh iya zaman dulu ternyata yang dibakar hanya kayu untuk membawa jenazah saja dan jenazahnya dikebumikan. Sedangkan sekarang jenazah juga dikremasi hingga menjadi abu.

national-folk-museum

Gyeongbok Palace

Setelah dari National Folk Museum, kami langsung menuju Gyeongbok Palace melalui pintu samping dekat dengan museum. Jalan ini tidak terlalu ramai, cenderung sepi. Saya jadi merasa masuk ke komplek istana seperti penghuni istana di zaman dulu. Bangunan istana ini mirip dengan apa yang saya lihat di drama Korea dengan dinding kayu berwarna merah, ukiran hijau dan tanah yang berwarna seperti pasir putih pantai. Agak gersang sih kelihatannya karena memang tanaman belum dapat tumbuh diperalihan musim dingin ke musim semi.

gyeongbok-palace

Tak berapa lama akhirnya kami sampai di bangunan utama Gyeongbok Palace yang terlihat besar dan megah. Zaman dulu para menteri kiri dan kanan berbaris rapih di halaman istana yang lantainya terbuat dari bata besar. Jalan di tengah merupakan jalan raja tidak boleh ada yang berdiri di sana. Kemudian saya melihat symbol kera yang terdapat di pojok kiri-kanan atap bangunan istana, memang ada ukiran tersebut.

gyeongbok-palace

Setelah berfoto di pelataran, saya langsung naik ke dalam bangunan istana. Di tengah tangga terdapat sebuah symbol yang tidak boleh diinjak, sepertinya itu symbol naga yang memang symbol milik kerajaan. Kemudian saya melihat ke dalam, terdapat singgasana sang raja yang didominasi dengan warna merah dan sangat mirip dengan apa yang saya lihat di drama Korea. Yeaaay akhirnya.

gyeongbok-palace

gyeongbok-palace

Saya tidak terlalu lama berada di sana dan langsung turun menuju gerbang untuk melihat prosesi pergantian penjaga istana. Rupanya di sana sudah sangat ramai wisatawan yang sedang melihat prosesi tersebut.

gyeongbok-palace

Setelah itu kami langsung keluar melalui gerbang untuk kembali ke bus melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya. Oh iya mumpung ada nuna-nuna yang menggunakan hanbok cantik, saya sempatkan untuk berfoto dulu, cekrek!.

Korea-selatan

Itaewon

Kebetulan saat itu merupakan hari jumat sehingga bapak-bapak perlu jumatan dulu. Maka perjalanan kami dilanjutkan ke masjid Itaewon untuk jumatan sekaligus shalat zhuhur di sana. Dari arah Gyeongbok Palace ke Itaewon tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit saja sudah sampai di sana, apalagi di Seoul tidak macet seperti di tempat saya yang macet di sana-sini.

itaewon

Berada di Itaewon seperti surga bagi saya karena banyak sekali deretan tempat makan yang menjual makanan halal. Mr guide memang mengatakan kalau di Itaewon itu banyak sekali orang asing tinggal seperti orang dari negara arab, Malaysia, afrika dan lain-lain yang memang memerlukan makanan halal. Saya melihatnya seperti komplek tersendiri yang dikhususkan untuk umat muslim.

itaewon

Dari arah jalan besar, kami harus naik terus menuju masjid. Jalanan menuju masjid tidak terlalu besar, seperti jalan di komplek pertokoan saja. Banyak sekali wisatawan manca negara di sana yang menuju ke masjid. Menurut saya lebih banyak didominasi orang arab ya, baru kemudian orang dari Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia.

Tak berapa lama kami sampai juga di Itaewon, Mr Guide tidak ikut shalat, dia menunggu di luar komplek. Di sekitar pelataran masjid sudah dipasang alas untuk para Jemaah melakukan shalat jumat. Sedangkan untuk perempuan shalat di gedung terpisah.

itaewon

itaewon

Saya merasa terharu sekali di sana, dapat bertemu dengan saudara muslim di negara orang. apalagi ketika kami shalat bersama, rasa haru semakin jadi, Alhamdulillah. Khutbah jumat saat itu dikumandangkan dalam bahasa arab, lalu diterjemahkan ke bahasa inggris dan bahasa Korea. Lengkap deh semuanya dapat bagian.

Alhamdulillah, setelah bermunajad di Itaewon, kami semua langsung menuju titik pertemuan di depan kantor pemadam kebakaran Seoul. Entah mengapa saat itu bis agak lama datang sehingga kami sempat berfoto dulu di pinggir jalan.

itaewon

Bukcheon Hanok Village

Sebelum ke Bukcheon Hanok Village, kami diajak makan siang dulu di sebuah restoran halal bernama Asian Restaurant Hisbiscus. Restoran ini sudah memiliki sertifikat halal yang diterbitkan oleh KICA. Saya kurang mengerti itu apa, yang jelas insyaaAllah sudah halal. Kami diperbolehkan mengambil menu sepuasnya karena restoran ini menerapkan sistem prasmanan. Dan yang paling saya senang di sini adalah tersedia buah segar yang sudah lama saya cari.

itaewon

itaewon

Oke, selesai makan siang kami langsung menuju bus kembali dan melanjutkan perjalanan ke Bukcheon Hanok Village. Di Bukcheon Hanok Village kita bisa menyewa hanbok sambil berkeliling di perkampungan tradisional Korea ini. Saya tidak menyewa hanbok di sini karena sudah memakainya di hari sebelumnya. Bukcheon Hanok Village menurut saya sebuah komplek perkampungan yang agak sepi ya, tidak terlalu banyak orang berlalu-lalang di sana. Tembok rumahnya juga tinggi-tinggi sehingga saya tidak tau ada apa di balik tembok tersebut kecuali ketika ada pagar rumah yang dibuka, kita bisa melihat ke dalamnya.

bukcheon-hanok-village

bukcheon-hanok-village

Kami tidak terlalu lama di Bukcheon Hanok Village karena hari sudah terlalu sore. Perjalanan kami kemudian dilanjutkan ke Good Morning City Dongdaemun Market. Ini merupakan kompleks shopping mall yang katanya harganya bersahabat. Di sini kami berbelanja souvenir di salah satu lantai. Hati-hati kalap lho karena banyak tersedia souvenir lucu yang dapat memikat hati, apalagi para penjaga tokonya bisa berbahasa Indonesia, ckckckc.

dongdaemun

Perjalanan hari itu kemudian ditutup dengan makan malam dengan menu daging ayam yang lagi-lagi dalam porsi besar. Heran saya mengapa orang Korea makannya banyak sekali. Seporsi daging ayam tersebut menjadi jatah untuk tiga orang namun tetap tidak habis. Sayang sekali kan, coba ya kalau bisa dibungkus haha.

dongdaemun

Oke, tulisan ini menceritakan kegiatan seharian penuh di Seoul. Masih ada hari esok yang menjadi hari terakhir jalan-jalan di Seoul, Korea Selatan. Agenda keesokan harinya adalah menonton pertunjukan Bibab Show dan berbelanja di Myeongdong Fashion Street yang akan saya tuliskan pada tulisan selanjutnya ya.

 

 

10 Comments

  1. Reply

    Bagus banget tempat tempatnya. Kalau kesana berasa lagi shooting drama sageuk kali yaa hahaha. Jadi mau kesanaa!

  2. Obat Flek Hitam Paling Ampuh

    Reply

    seru banget ya liburan ke korea, apalagi sekarang negara indonesia mulai dikenal oleh negara lain..

  3. Rahmawatie

    Reply

    Seru ya mbak bisa bertemu saudara-saudara muslim saat wisata di negara lain.
    Masjidnya cantik. Banyak lokasi yang fotogenik di sana.
    Salam 🙂

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *