Ternate dipagi hari, sebuah kota indah di kaki Gunung Gamalama. Hari itu menjadi hari terakhir berpetualang di Ternate sebagai laskar gerhana. Ada perasaan sedih karena harus meninggalkan Ternate, tetapi juga haru karena sudah berhasil menyelesaikan tugas di lapangan. Tinggal nanti tugas di atas laptop saja yang harus dikerjakan.
Pagi itu saya sudah bangun lebih awal daripada dua hari sebelumnya. Setelah shalat shubuh, saya langsung membuka pintu kamar hotel dan melihat pemandangan yang tersaji di depan. Saya baru sadar, ternyata hotel yang saya tempati ini berhadapan langsung dengan laut dan pulau Tidore yang sangat indah. Maklum saja, dua hari sebelumnya, saya beserta rombongan laskar selalu berangkat pagi dan pulang malam sehingga tidak bisa melihat pemandangan di sekitar. Tetapi dihari terakhir, Alhamdulillah saya berkesempatan melihat matahari terbit yang membuka tabir keindahan kota Ternate.
Berhubung hari semakin siang, saya langsung bergegas masuk ke kamar mandi untuk bersiap pulang. O iya, yang belum sempat baca tulisan hari pertama dan kedua, bisa mengunjungi link di bawah ini:
Baca juga: Laskar Gerhana detikcom: Hari Pertama
Baca juga: Laskar Gerhana detikcom: Gerhana Matahari Total
Berburu Oleh-Oleh Khas Ternate
Setelah sarapan nasi kuning khas Ternate di hotel, kami langsung diantar untuk berburu oleh-oleh khas Ternate. Tempat perburuan pertama adalah Depot Seruni yang ada di belakang Bioskop Benteng. Depot Seruni menjual makanan ringan bernama Bagea yang terbuat dari biji kenari dan sagu. Di sini saya tidak jadi membeli karena ingin membeli oleh-oleh yang berbentuk etnik supaya awet dibawa ke rumah. Namun teman-teman lainnya membeli dan menurut mereka Bageanya enak dan gurih.
Perburuan dilanjutkan ke Dekranasda Ternate yang berupa show room berisi oleh-oleh khas Ternate. Mulai dari makanan, minuman, pakaian hingga aksesoris ada di sini. Saya membeli beberapa gantungan kunci, tempelan kulkas dan juga kopi Guraka untuk diberikan kepada Bapak yang sudah membantu menjaga Alfi di rumah selama saya di Ternate. Alhamdulillah Bapak suka dengan kopinya.
Dekranasda TernateDari Dekranasda, kami diajak ke penjual kaos dan juga batik. Sayangnya tidak ada baju batik yang sudah jadi, yang ada hanya kain batiknya saja sehingga kami urung untuk membeli. Tapi tak mengapa, yang penting sudah tau beberapa corak khas batik Ternate.
Mengunjugi Keraton Kesultanan Ternate
Laskar gerhana batch 1 sudah lebih dulu berangkat menuju bandara karena pesawat mereka datang lebih awal. Sementara saya dan laskar batch 2 masih berkesempatan mengunjungi dua destinasi lagi sebelum kembali ke bandara. Kali ini kami diajak untuk mengunjungi keraton kesultanan Ternate. Sebelumnya, saya sudah searching terlebih dahulu mengenai Kesultanan Ternate. Menurut Wikipedia, Kesultanan Ternate dikenal juga dengan sebutan Kerajaan Gapi yang mengalami masa gemilang berkat perdagangan rempah-rempah dan juga kekuatan militernya. Nah, sekarang kita lihat bagaimana bentuk keratonnya.
Bangunan Keraton Kesultanan Ternate menurut saya sudah modern dari bayangan saya. Bangunannya berarsitektur layaknya peninggalan Portugis dan Belanda yang memiliki banyak ruang, jendela dan juga atap yang tinggi. Lantainya masih berupa ubin berukuran kecil berwarna coklat abu-abu. Di dalam ruangan terdapat berbagai macam barang peninggalan, foto bersejarah, piagam penghargaan dan benda-benda lainnya. Yang pasti ketika kita masuk ke dalam ruangan akan tercium aroma wangi pandan yang membuat kita menjadi rileks.
O iya, lambang Kesultanan Ternate ini berupa burung berwarna keemasan yang memiliki dua kepala. Lambang itu sudah terlihat saat memasuki kompleks dan juga terdapat pada bendera. Nah keraton ini memasang tiga bendera secara sejajar lho, yaitu bendera islam, merah putih dan bendera kesultanan. Dulu pernah dipermasalahkan, tetapi sekarang sepertinya tidak apa-apa.
Informasi dari mas Nuz, katanya sebentar lagi akan ada pemilihan calon sultan yang baru sehingga keraton bersiap untuk menyambutnya. Semoga acara pemilihannya berjalan lancar dan berkah bagi semua.
Wisata Sejarah di Benteng Tolukko
Selepas makan siang dan shalat di sebuah Masjid, kami diajak menuju ke destinasi selanjutnya yaitu Benteng Tolukko. Sama seperti benteng lainnya, benteng ini dibangun oleh Portugis untuk memperluas kekuasannya. Namun, benteng ini menurut saya lebih indah karena bagian arsitekturnya masih cukup lengkap dan dekat dengan bibir pantai. Tujuan dibangunnya benteng di dekat pantai adalah untuk mengawasi aktivitas perdagangan Sultan Ternate. Kalau melihat lalu lintas kapal yang hilir mudik memang sangat cocok melalui benteng ini.
Selain itu jika kita menghadap kea rah pintu gerbang kedatangan maka akan berhadapan langsung dengan Gunung Gamalam yang semakin menambang keeksotisan benteng ini. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama karena harus segera check-in menuju bandara.
Terimakasih Ternate
Selepas sampai di bandara, kami langsung berpamitan dengan panitia. Rasanya waktu sebentar sekali, tau-tau sudah pamitan saja. Pesawat yang membawa kami ke Jakarta berangkat pukul 15:30 WIT dan harus transit di Makassar lalu langsung menuju Jakarta. Kami menunggu di ruang tunggu sambil melihat-lihat foto yang sudah kami abadikan di kamera atau smartphone masing-masing. Namun waktu keberangkatan akhirnya tiba juga, kami harus berangkat menuju Jakarta untuk kembali ke daerah masing-masing membawa sejuta pengalaman yang berhasil ditorehkan selama berada di Ternate. Sampai saat ini kami masih keep contact melalui grup Whatsapp lho sambil mengingat kembali moment kebersamaan sewaktu di Ternate.
Terimakasih Ternate, alam mu sungguh indah, orang-orangnya juga sangat ramah, makanannya enak dan membuat saya ketagihan. Pokoknya amazing banget!. Ternate adalah salah satu sisi Indonesia yang patut kita syukuri dan banggakan karena tidak yang lainnya di bumi ini, hanya ada di Indonesia.
Terimakasih juga kepada detikcom, Sriwijaya Air, LAPAN, BAKAMLA, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, DβArya serta seluruh pihak yang terlibat yang sudah menerima kami dengan baik selama di Ternate. Semoga tali silaturahim terus berlanjut dan semoga suatu hari nanti saya bisa kembali lagi untuk menjelajah ke pulau di dekatnya yaitu Tidore dan Halmahera.
Salam hangat dari Bogor.
inggit_e
evrinasp
Surya Hardhiyana
evrinasp
oka nurlaila
evrinasp
Levina Mandalagiri
evrinasp
Anis Hidayah
evrinasp
elsawati
evrinasp
Uci
evrinasp
Beautyasti1
evrinasp
sasha
evrinasp
@eviindrawanto
evrinasp
Okti Li
evrinasp
Nefertite Fatriyanti
evrinasp
Sakinah
evrinasp
momtraveler
evrinasp
adi pradana
evrinasp
Yurmawita
evrinasp
Yati Rachmat
evrinasp
Titi Alfa Khairia
evrinasp
nh18
evrinasp
Muhammad Akbar
evrinasp
Agung Han
evrinasp
Mugniar
evrinasp
desi
evrinasp
Manda
evrinasp
prima hapsari
evrinasp
cumilebay.com
evrinasp
Airen Biroe
evrinasp
Irawati Hamid
evrinasp
Social Bookmark Dofollow Indonesia
evrinasp
Edi Padmono
evrinasp
dWi (nining)
evrinasp
evrinasp
Ratna
evrinasp
Sugi Siswiyanti
evrinasp
Pingback: Ngebolang ke Destinasi Wisata Pontianak di Kalimantan Barat