Berbeda dengan ngebolang ke Pontianak Part 1, keesokan harinya saya ngebolang sendirian. Waw rasanya benar-benar adventure, jadi begini yah rasanya solo traveling, asik dan menantang padahal cuma di kota aja. Teman saya Fifi tidak bisa menemani karena kelelahan, sedangkan Wahid sedang berusaha menyelesaikan tugasnya agar bisa cepat pulang ke tanah Jawa. Akhirnya dengan hati riang gembira, Evrinasp sang petualang menghabiskan waktu yang tersisa selama setengah hari di Pontianak untuk menyisir destinasi yang belum dikunjungi. Apa saja kah itu?.
Pertama, Menyaksikan Iringan Pengantin dalam rangka HUT Kota Pontianak ke 245
Jauh hari sebelum saya tiba di Pontianak, Fifi sudah mengirimkan informasi bahwa akan ada iringan pengantin di Kota Pontianak pada hari Minggu. Wah pas sekali dengan jadwal kedatangan saya nih, kapan lagi bisa melihat iringan pengantin dengan adat melayu yang tidak ada di tanah Jawa. Itu sebabnya setelah sarapan, saya langsung bergegas menuju start keberangkatan para pengantin di Museum Kalimantan Barat karena menurut info acara akan dimulai puku 06.00 wib sementara saya baru keluar hotel pukul 07.00 wib hehe.
Sesampainya di museum, ternyata acara sudah dibuka dan para rombongan dari perwakilan masing-masing kecamatan sudah berbaris dengan rapih berdasarkan nomor urut masing-masing. Kalau tidak salah hitung, ada delapan rombongan yang ikut serta pada iringan pengantin saat itu.
Dalam satu rombongan pengantin ada siapa saja? Yang jelas pasangan pengantin dan orang tuanya, para kerabat yang membawa seserahan kalau istilah di Pulau Jawa, rombongan tanjidor yang memainkan musik, mbak-mbak cantik yang membawa papan nama dan pemuda pemudi yang membawa hiasan. Masing-masing rombongan memakai seragam yang berwarna-warni lengkap dengan corak keemasan khas melayu. Saya senang sekali melihatnya karena terlihat segar di mata. Setelah panitia memberikan aba-aba, maka rombongan pengantin itu secara satu per satu mulai berjalan beriringan ke jalan raya menuju Masjid Muhajidin tempat berlangsungnya akad nikah.
Suasana saat itu cukup mendung dan akan turun hujan, namun tidak mengurangi antusiasme para pengunjung yang melihat iringan pengantin. Saya juga begitu, dengan riang gembira mengikuti langkah pengantin sambil memotretnya satu per satu di jalan raya.
Tiba di Masjid Mujahidin, para rombongan pengantin mulai terkena gerimis *mengundang*. Tapi suasana ini justru terlihat membuat acara menjadi syahdu. Saya senang mengabadikan mereka dengan latar belakang masjid yang akan menjadi saksi bisu janji setia sebagai pasangan hidup. Doa saya saat itu semoga pernikahan para pengantin dapat langgeng selamanya, diberikan kebahagiaan, keberkahan dan kebaikan dunia akhirat. Aamiin. Dan selepas berdoa, saya langsung balik kanan *bubar jalan* untuk melanjutkan eksplorasi ke destinasi selanjutnya. Mau kemana sih? Tidak jauh kok, hanya kembali lagi ke Museum Kalimantan Barat hehe.
Kedua, Museum Kalimantan Barat
Sehari sebelumnya Fifi sudah mengantar saya ke sini, hanya saja keburu tutup karena kami datang sekitar pukul 2 siang, sementara jadwal buka museum hanya dari pukul 8 pagi hingga pukul 2 siang. Kali ini tidak terlewat lagi, sebab sekitar pukul 10 siang saya sudah berada di museum untuk melihat ada sejaraha apa saja sih di Kalimantan Barat.
Sebelum masuk kita beli tiket dulu ya. Tiketnya murah kok, hanya dengan membayar Rp. 3000,- saja kita sudah bisa masuk ke dalam museum. Oh iya saya ke museum ini pada hari minggu lho, jadi hari minggu tetap buka ya dan memang masih ada saja pengunjungnya. Terbukti ketika saya ke sana, ada rombongan adik-adik seumuran SD, SMP hingga SMA yang berkunjung ke museum. Eyasudah, mari kita masuk ke dalam museum.
Di lantai pertama museum terdapat artefak peninggalan sejarah mulai dari zaman pra sejarah hingga zaman colonial. Peninggalan zaman pra sejarah yang dipamerkan berupa alat berburu, alat masak dan memotong yang terbuat dari batu, sedangkan peninggalan artefak masa colonial terdapat benda-benda seperti aneka keramik, uang zaman dulu, hingga senjata yang digunakan pada masa penjajahan. Di lantai satu ini saya tidak terlalu lama melihat benda yang dipamerkan karena sudah pernah melihat benda serupa di beberapa museum. Oleh karena itu dari lantai satu, saya langsung menuju lantai dua yang koleksinya lebih banyak terkait dengan Kalimantan Barat.
Di lantai dua terdapat benda yang dipamerkan berdasarkan kebudayaan yaitu budaya melayu dan suku dayak. Ruangan di lantai dua ini lebih gelap dari pada lantai satu, sehingga saya sempat merinding sendiri karena saat itu hanya tinggal saya seorang yang ada di lantai dua. Kebetulan, waktu itu saya masuk ke daur hidup suku dayak yang terdapat patung dengan ukiran cukup menyeramkan bagi saya. Wew saya langsung memotret saja tanpa berlama-lama.
Setelah cukup puas di lantai dua, saya langsung turun ke lantai satu dan menuju area luar di belakang museum. Di sana masih terdapat benda-benda yang dipamerkan seperti replika perahu yang digunakan oleh kesultanan Kadriah, prasasti batu hingga tungku pembakaran. Saya tidak usah menjelaskan lebih detail ya, karena sudah terlihat jelas di dalam gambar.
Ketiga, Alun-Alun Kapuas
Waktu sudah semakin siang menjelang waktu zhuhur. Saya langsung menuju ke destinasi selanjutnya yaitu Alun-Alun Kapuas. Teman saya mengatakan kalau ke alun-alun sebaiknya menjelang sore saja karena ada aktifitas warga yang hilir mudik menyebrangi Sungai Kapuas, jadi nanti akan lebih terlihat keeksotisannya. Namun apa daya, waktu sudah mepet sebab sore hari harus sudah berangkat ke bandara. Jadilah saya ke alun-alun di saat matahari mulai tergelincir ke arah barat dari arah timur.
Saat itu cuaca di alun-alun cukup panas, beberapa pengunjung terlihat berlindung di pepohonan yang ada di tengah alun-alun. Saya langsung menuju ke sentra alun-alun yang terdapat replika tugu katulistiwa dengan kolam melingkar. Kalau pada malam hari di kolam tersebut air mancurnya hidup dan terdapat sorotan lampu di dalamnya, sepertinya akan lebih indah deh replika ini, itu menurut saya lho ya.
Di pinggir sungai terdapat kapal yang menawarkan jasa untuk berkeliling Sungai Kapuas hingga ke jembatan. Kita hanya cukup membayar Rp. 15000,- saja (kalau saya tidak salah ingat ya) untuk dapat naik kapal dan menikmati pemandangan di sekitar Sungai Kapuas. Saya ikut naik dong, soalnya sayang sudah jauh-jauh tidak main di atas Sungai Kapuas. Ngomong-ngomong sewaktu saya berkeliling, ada beberapa kapal besar yang mengangkut peti kemas. Kalau kapal besar peti kemas bisa masuk ke sungai, berarti Sungai Kapuas besar sekali ya.
Kembali Pulang, Thanks to Pontianak
Yak, akhirnya pengembaraan selama 3 hari 2 malam di Pontianak selesai juga. Rasanya cuma sebentar sekali berkeliling di sana, tapi Alhamdulillah beberapa destinasi yang sudah masuk dalam list akhirnya selesai dikunjungi. Semoga nanti ada kesempatan lagi untuk mengunjungi destinasi lainnya di Pulau Kalimantan yang luas itu. Terimakasih Pontianak, sampai jumpa lagi ya.
Nasirullah Sitam
evventure
Ikrom Zain
evventure
Helma Vania
evventure
Arni
evventure
Sandra
evventure
helni
evventure
bundashidqi lia
evventure
dean mbloogers.com
evventure
Akhmad Muhaimin Azzet
evventure
Nathalia DP
evventure
fanny fristhika nila
evventure
Rudi Chandra
Pingback: Akhirnya ke Sabang Juga, Titik Nol Kilometer Indonesia