Pendakian Gunung Guntur pukul 01.30 WIB. Hari itu hari minggu tanggal 31 Januari 2016 saya masih berada di Pos 3 Gunung Guntur. Saya terbangun dari tidur setelah mendengar di sebelah tenda tempat kami tidur sedang dibangun tenda lainnya. Sepertinya mereka adalah pendaki yang baru sampai di Pos 3 sehingga mereka masih segar sambil bicara keras dan tertawa meskipun beberapa tenda di sebelahnya masih terlelap. Tapi tak mengapa, keramaian mereka ini membangunkan saya karena rencananya saya dan tim akan summit attack pukul 2 dini hari.
Setelah menyadarkan diri dalam beberapa menit, saya langsung membangunkan suami dan Widi yang tidur dalam satu tenda. Kemudian saya membangunkan Nopi yang ternyata tidur di luar dan teman-teman lainnya untuk bersiap diri. Nopi dan Iku langsung menghangatkan bubur kacang hijau yang sudah dibuat semalam untuk menghangatkan badan sebelum berjuang untuk muncak. O iya meskipun cuaca hari itu cerah, Iku tetap menyarankan kami untuk membawa jas hujan, dan walaupun tidak dingin seperti gunung lainnya, kita tetap harus menggunakan pakaian gunung lengkap. Mengapa begitu? Akan saya jelaskan pada paragraf berikutnya.
Perjalanan Summit Pendakian Gunung Guntur
Kami sudah bersiap untuk mendaki di tengah kepungan gelap malam. Trekking poll dan head lamp menjadi modal untuk menuju ke atas. Sebanyak tiga per empat jalur summit tidak terlalu curam dan masih kita lalui dengan tanpa merayap atau berpegangan pada ranting. Tetapi, sisanya sebesar seperempat menuju puncak sudah mulai curam maka pilihlah jalur yang nyaman untuk pijakan. Jalur bagaimana yang nyaman? Yaitu jalur dengan pijakan berumput karena akan memudahkan langkah kita terkunci pada tanah berpasir.
Perlu diketahui bahwa jalur menuju puncak Gunung Guntur itu berpasir dan kerikil. Walaupun tidak sedahsyat puncak Semeru, namun campuran material ini cukup menyulitkan langkah sehingga rasanya puncak belum terlihat juga. Apalagi seperempat perjalanan menuju puncak, angin sangat bertiup kencang. Itu sebabnya pakaian gunung lengkap yang terdiri dari celana dan jaket gunung harus digunakan. Saya melihat salah satu teman saya tidak menggunakan jaket gunug seperti biasanya, sehingga dia menambahkan jas hujan karena merasa kedinginan. Hati-hati ya terhadap angin yang bertiup kencang karena dapat membuat langkah menjadi kurang seimbang. Jadi condongkan badan agak menyentuh dinding gunung sambil berpegangan agar tidak jatuh tertiup angin. Dan jangan lupa untuk membawa air yang cukup, walaupun dingin kita tetap membutuhkan air ketika summit dan turun nanti.
Sunrise di Puncak Satu Gunung Guntur
Selama kurang lebih dua jam, akhirnya kami sampai di puncak satu Gunung Guntur. Angin sangat bertiup kencang melebihi angin pantai. Kami langsung berlindung di dekat tenda yang didirikan di atas puncak. Langit saat itu masih gelap namun secara perlahan mulai tersingkap oleh tabir sang surya. Secara bergantian, kami langsung melaksanakan shalat shubuh. Sungguh nikmat sekali rasanya bisa shalat di puncak gunung walaupun suhu sangat dingin.
Matahari mulai menampakkan dirinya. Mau tau bagaimana indahnya saat itu? Berikut adalah gambarannya:
Indahnya Gunung GunturSemua pendaki yang ada di atas puncak satu mulai mengabadikan diri sambil melihat moment matahari terbit. Tak ada kata yang dapat kami lontarkan selain kekaguman terhadap sang Illahi. Sungguh indah ciptaan Nya.
Teman-teman memutuskan untuk stay di puncak satu saja, sementara saya, Ka Yiyi dan Tia memutuskan untuk naik hingga ke puncak dua yang lebih tinggi. Kami merasa sangat sayang jika tidak naik hingga ke puncak yang lebih tinggi karena di atas sana, tersaji hamparan pemandangan indah dari beberapa gunung seperti Gunung Cikuray, Papandayan, Ciremai dan Gunung Slamet.
Pendakian Gunung Guntur: Puncak Dua
Puncak dua Gunung Guntur tidak terlalu jauh dari puncak satu sehingga kita bisa mendakinya dalam waktu kurang lebih setengah jam saja. Kecepatan angin yang bertiup di punggung puncak dua hingga sampai di puncaknya masih sama seperti di puncak satu, bahkan lebih kencang lagi. Di puncak dua ini terdapat semacam prasasti yang terbuat dari tiang semen pendek sebagai pertanda bahwa kita sudah berada di puncak Gunung Guntur. Namun masih ada puncak yang lebih tinggi lagi yaitu puncak tiga. Hanya saja untuk menuju ke puncak tiga, kita harus turun lalu menyebrang melewati lembah pendek dan naik kembali menuju puncak tiga. Di puncak tiga ini terdapat tulisan bahwa kita sudah berada di puncak Gunung Guntur yang memiliki ketinggian 2249 mdpl.
Saya sudah cukup puas berada di puncak dua karena bisa melihat Gunung Cikuray yang berdiri gagah, Gunung Papandayan, Gunung Slamet serta Gunung Ciremai yang tinggi menjulang. Gunung Guntur masih termasuk gunung aktif. Kawah Gunung Guntur ini memiliki diameter yang kecil, meskipun begitu kawah ini masih mengeluarkan asap belerang yang tercium ketika kita berada di puncak.
Kalau sudah sampai sini jangan lupa untuk mengabadikan diri.
A video posted by Evrina Budiastuti (@evrinasp) on
Nostalgia Semeru di Pendakian Gunung Guntur
Saya, Ka Yiyi dan Tia tidak bisa berlama-lama di puncak dua karena sudah ditunggu teman di pos tiga. Rencananya kami mau turun lebih cepat untuk mengejar bis agar tidak terlalu malam sampai di rumah. Jalur turun menuju puncak satu dari puncak dua tidak terlalu curam. Cukup ikuti jalur air berpasir untuk memudahkan perjalanan turun.
Iku sudah menunggu di puncak satu dan bergegas turun setelah melihat kami bertiga. Kami turun melalui jalur air yang cukup besar dengan material berupa pasir kerikil. Hal ini mengingatkan saya ketika dulu turun dari puncak Mahameru. Hanya saya pasir di puncak Mahameru sangat halus sehingga ketika turun melalui jalur berpasir, kita akan merasakan sensasi menaiki ombak/berselancar. Di Gunung Guntur juga sama, tetapi kita harus memilih jalur dengan material yang bersahabat agar sensasi seperti di Semeru dapat terulang lagi.
Perjalanan turun saat itu mengingatkan saya ketika berada di Gunung Semeru. Seketika itu juga saya merasakan nostalgia bersama gunung kesayangan yaitu Semeru.
Akibat terlalu terlena dengan nostalgia ini, saya sampai lupa kalau handphone yang saya simpan di saku celana jatuh ke atas pasir. Saya baru sadar setelah lima menit turun dari titik istirahat. Saya sempat kembali ke atas hingga titik saya beristirahat namun smartphone yang saya cari tidak ada. Ketika dihubungi oleh teman juga sudah tidak aktif. Padahal saya mengaktifkan data koneksi karena di Gunung Guntur sinyal telepon dan internet tertangkap penuh. Akhirnya saya mengikhlaskan kehilangan smartphone tersebut sambil berdoa semoga mendapatkan ganti yang lebih baik.
Tiba di Pos 3, kami langsung disambut dengan nasi goreng buatan Nopi. Nikmat sekali rasanya apalagi ditambah dengan teh hangat. Setelah selesai makan dan sedikit bersih-bersih, kami langsung membereskan semuanya dan bergegas turun menuju Basecamp di Terminal Guntur.
Alhamdulillah petualangan kali ini lancar jaya. Saya sangat senang bisa mendaki ke Gunung Guntur yang cantik dan eksotis. Sekarang saya masih punya PR untuk menuntaskan deretan Paguci (Papandayan, Guntur, Cikuray) di Garut Jawa Barat. Next destination insyaa Allah ke Gunung Papandayan. See you pada petualangan selanjutnya dan terimakasih sudah membaca Pendakian Gunung Guntur.
sampai jumpa pada petualangan selanjutnyaKeterangan:
- Sinyal masih tertangkap hingga puncak sehingga kita bisa live report ketika summit
- MATIKAN smartphone ketika ada petir dan hujan karena berbahaya dan di pos tiga serta puncak tidak terdapat pohon untuk menangkal petir
- Gunakan pakaian gunung lengkap seperti jaket gunung (windproof) dan celana gunung untuk menangkal tiupan angin yang kencang
- Gunakan sepatu gunung dan geiter untuk turun melalui jalur berpasir
- Bawa air minum yang cukup ketika summit karena akan terasa haus meskipun dingin
- Untuk pulang menuju Terminal Guntur bisa menggunakan angkot dengan membayar Rp. 15000,- atau ojeg sebesar Rp. 20000,- dari Basecamp Gunung Guntur
Fakhruddin
evrinasp
Ella Nurhayati
evrinasp
Anis Hidayah
evrinasp
desi
evrinasp
rita asmaraningsih
evrinasp
rahmiaziza
evrinasp
Hidayah Sulistyowati
evrinasp
arif rahman
evrinasp
Ade anita
evrinasp
Lalu Razieb Ariaharfi
evrinasp
Winda Carmelita
evrinasp
Beautyasti1
evrinasp
Eksapedia
evrinasp
BlogS of Hariyanto
andyhardiyanti
Fanny f nila
evrinasp
Hammad
evrinasp
Hamacaan
evrinasp
widie
evrinasp
widie
evrinasp
Desy Yusnita
evrinasp
Jiah
Pingback: Wisata Budaya ke Kampung Pulo dan Candi Cangkuang Garut – evventure
Pingback: Jelajah Gizi Minahasa Day 2: Dari Tomohon Hingga Aksi Cinta Lingkungan
Ebes