Yeayyy sekarang saya akan bercerita tentang perjalanan menuju Nami Island. Setelah kemarin tiba di Incheon, rombongan kami langsung diantar menuju Nami Island dengan menggunakan bus. Bus besar itu hanya berisi 13 orang, jadi luar biasa lega deh bisa tidur-tiduran. Eh kalau tidur mending di Indonesia aja, masa jauh-jauh ke Korea Selatan malah tidur di jalan hehe.
Perjalanan dari Incheon menuju Nami Island memakan waktu sekitar 2 jam lamanya melalui jalan tol. Nah selama dalam perjalanan di tol, seluruh penumpang harus menggunakan sabuk pengaman (seluruh bangku di dalam bus ada sabuk pengamannya lho). Di kiri-kanan jalan terlihat hamparan landscape berupa perbukitan, dataran dan sungai. Sayangnya karena ini sedang peralihan ke musim semi, maka dedaunan belum tumbuh sehingga tampak landscape hanya berwarna coklat. Sungai di sekitar jalan juga mengering dan akan mulai ada lagi nanti ketika musim panas saat salju mencair. CMIIW.
Nah, saya melihat banyak sekali rumah plastik hitam pada lahan-lahan yang berwarna coklat itu. Tau tidak teman-teman, ternyata itu merupakan rumah bagi sayuran dan sebagian juga untuk gingseng. Sayuran harus tersedia sepanjang tahun, namun karena di Korea Selatan itu 4 musim jadi tidak memungkinkan bagi sayuran untuk tumbuh terus-menerus sehingga dibuatlah rumah plastik. Untuk padi sendiri hanya dapat tumbuh sekali dalam satu tahun yaitu pada saat menuju musim panas di mana memang cocok untuk budidaya padi. Mengenai pengetahuan tentang budidaya tanaman di Korea Selatan akan saya jabarkan di blog evrinasp.com saja ya.
Tak berapa lama akhirnya kami sampai juga di pintu gerbang menuju Nami Island. Tetapi kami tidak langsung menuju ke sana. Mr. Rio mengatakan bahwa kami harus makan siang dulu. Kami akan makan siang di sebuah restoran yang ada di dekat parkiran. Makan siang kami adalah berupa daging ayam bakar yang dalam bahasa Korea disebut sebagai Takalbi.
Nikmatnya Takalbi di Nami Island
Entah ini karena memang lapar atau memang enak, yang jelas saya lahap sekali menikmati Takalbi. Menurut saya memang enak, andai waktu itu perut dapat menampung banyak sepertinya saya bakalan nambah lagi. Soalnya Mr. Rio dan pelayan restoran bertanya terus apakah mau menambah atau tidak.
Takalbi terbuat dari daging ayam yang sudah dibumbui. Bumbunya terasa pedas dan gurih seperti ayam bakar bumbu rendang gitu. Daging ayam dipotong-potong kecil lalu di bakar secara langsung di atas panggangan yang ada di meja. Selain ada daging ayam, juga ada jamur yang juga turut di bakar.
Nah, cara memakannya adalah dengan meletakkan daging ayam bakar di atas daun selada, ditambah kimchi, jamur, sambal Korea dan lobak. Lalu gulung daun tersebut dan di makan langsung. Kalau yang sering melihat K-Drama pasti tau ya cara memakannya dan orang Korea bisa langsung menghabiskan dalam satu suap lho. Waktu itu saya tidak sanggup jika harus memakan dalam satu suap, sehingga saya dapat menghabiskan satu gulungan makanan tersebut dalam 3 kali gigit.
Selain itu ada juga menu kue beras yang saya tidak terlalu suka serta sup rumput laut. Kalau sup rumput laut sih saya suka sekali karena rasanya yang segar dan gurih. Sampai habis lho sup rumput lautnya. Saya perhatikan agak berbeda antara sup rumput laut di Beijing dengan Korea. Kalau tidak salah ingat, sup rumput laut di Beijing ada tambahan telur yang dihancurkan. Sedangkan di Korea murni bening tanpa ada campuran lain.
Oke, setelah kenyang bersantap siang, kami semua langsung menuju gerbang Nami Island yang sudah ditunggu-tunggu.
Akhirnya ke Nami Island
Kebetulan karena rombongan kami sudah membayar satu paket perjalanan, jadi kami tidak mengeluarkan uang lagi untuk membeli tiket masuk ke tempat wisata. Namun setelah mencoba googling, ternyata tiket masuk ke Pulau Nami berkisar di harga 8000 won, kalau mau dirupiahkan tinggal dikali 12 saja ya. Untuk menuju ke tempat ini bisa dengan menggunakan transportasi massa berupa kereta atau bus. Jadi jangan khawatir kalau mau backpackeran ke Nami Island bisa banget pastinya.
Mr. Rio mengatakan sebenarnya Naminara Republic atau Pulau Nami ini diambil dari nama seorang pahlawan di Korea Selatan yaitu Jenderal Nami. Beliau dimakamkan di Pulau Nami ini, sayangnya saya malah lebih mengenal pulau tersebut berkat drama Korea hehe. Tetapi setelah dijelaskan oleh Mr. Rio akhirnya saya paham latar belakang adanya pulau Nami ini.
Oke, setelah masing-masing memegang tiket masuk, kami semua langsung menuju kapal yang akan membawa kami menuju ke Pulau Nami. Perjalanan di atas kapal hanya memakan waktu sekitar 5 menit saja lho karena pulau Nami dekat sekali dengan daratan Seoul. Nah, Pulau Nami ini luasnya hanya sekitar 1.6 km saja, jadi kalau mau keliling dari ujung ke ujung dalam satu hari itu pasti akan cukup waktu sekali.
Tak berapa lama, kapal yang membawa rombongan kami akhirnya tiba di Pulau Nami. Wah, ternyata begini tho pulau Nami, indah banget dan terlihat sekali kesan romantisnya. Saat itu udara tidak terlalu dingin, suhu udara seperti berada di puncak gunung. Saya tidak memakai sarung tangan dan juga syal karena agak hangat saat itu.
Terlihat di sana lorong pepohonan yang menjadi tempat Bae Yong jun dan Choi Ji Wo berjalan di antaranya. Sudah tidak ada salju lagi di sana, namun suasana romantis masih terasa berkat deretan lampu putih yang terlihat seperti balon.
Sepertinya Pulau Nami ini memang sudah banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Indonesia adalah salah satunya, sehingga ucapan salam ala Indonesia beserta benderanya terlihat ada di Pulau ini. Nah, bagi yang suka banget berfoto ria, menurut saya hampir semua sudut di Nami Island ini instagramable banget, saya saja sampai bingung untuk foto di mana saja.
Mushola dan Perpustakaan di Nami Island
Saya senang sekali dengan Nami Island, selain tempatnya indah, ternyata juga ramah pengunjung terutama untuk wisatawan muslim. Di sana terdapat mushola yang bersih, lengkap dengan perpustakaan yang membuat saya cukup amazing.
Di dalam mushola yang bersih tersedia mukena, Al-Quran dan juga sajadah untuk digunakan oleh para pengunjung. Air wudhunya juga hangat, tidak dingin sehingga membuat kami cukup nyaman berada di sana. Nah untuk perpustakaannya sendiri dibuat sangat fun, ada lampu-lampu di atas langit serta tiang yang tersusun dari tumpukan buku. Very creative!.
Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di sana karena waktu semakin siang dan belum mengeksplore tempat lainnya. Setelah selesai shalat, kami langsung menuju ke lokasi yang terdapat poster Winter Sonata.
Mengenang Winter Sonata di Nami Island
Akibat menulis tentang Nami Island, saya jadi kangen deh dengan drama Winter Sonata yang dulu saya tonton saat masih SMA. Sudah lama banget berarti kan, tapi masih membekas karena kisahnya memang bagus. Apalagi tempat shooting Winter Sonata di Nami Island saat itu sedang musim gugur dan musim dingin sehingga kesannya sangat romantis.
Dari arah mushola, cukup berjalan tidak terlalu jauh untuk melihat poster Winter Sonata. Di sana kami berfoto secara bergantian karena banyak pengunjung yang juga ingin berfoto dengan poster tersebut. Kemudian tidak jauh dari tempat poster berada, di sana ada patung Bae Yong Jun dan Choi Ji Wo para pemeran di Winter Sonata.
Daerah di sekitar danau dekat patung indah sekali, deretan pepohonan nampak kompak berpadu dengan indah membuat para pengunjung ingin mengabadikan diri di sini. Ini sedang musim semi ya, bagaimana nanti kalau musim panas saat dedaunan mulai muncul, pasti indah banget.
Namun, saya dan rombongan tidak bisa terlalu berlama-lama di sana karena kami harus segera melanjutkan perjalanan kembali menuju Mount Seorak. Di sana kami akan menginap di I Park Condominium yang berada di kaki Gunung Seorak. Cerita mengenai I Park Condominium akan saya lanjutkan pada postingan selanjutnya ya.
Nisful Ardi
evventure
herva yulyanti
evventure
Bai Ruindra
evventure
Pingback: Petualangan ke Korea Selatan (3): I Park Condominium - evventure
apri ani
evventure
Dian Radiata
evventure
Deddy Huang
evventure
Fanny f nila
evventure
ochi
evventure