Jarum jam sudah menunjukkan angka 16:00 WIB, hujan masih saja mengguyur daratan sekitar Ranu Pani. Namun kondisi alam tersebut tidak membuat surut langkah kami, Elang Full team lengkap dengan rain coat perlahan meninggalkan Ranu Pani menuju surga yang tersembunyi di Semeru: Ranu Kumbolo.
Menurut beberapa orang teman, perjalanan ke Ranu Kumbolo sebenarnya hanya memakan waktu 4 jam dalam keadaan normal. Tetapi karena waktu itu sedang hujan dan kondisi trek malam yang licin serta beberapa spot mengalami longsor baik kecil maupun besar, membuat perjalanan menuju Ranu Kumbolo (Rakum) menjadi lama. Jika dihitung perjalanan kami menuju Rakum memakan waktu 7 jam lamanya. Wow sangat lama sekali dari jam normal.
Trek waktu kami mendaki kemarin sebenarnya tidak terlalu ekstrim sehingga membuat lama perjalanan. Hanya saja karena kondisinya sedang hujan membuat tanah menjadi licin sehingga kami sangat hati-hati ketika berjalan. Namun ada satu tempat yang memang membuat perjalanan menjadi terhambat. Saya lupa dibagian mana dan setelah pos berapa (sepertinya setelah Watu Rejeg) ada jalur trekking yang longsor. Longsorannya lumayan curam sehingga kami menyebrang menggunakan tali yang sudah disediakan. Sayangnya tali tersebut kecil sekali sehingga hanya disarankan satu orang saja yang menyebrang secara bergantian. Karena hal itu, perjalanan menjadi terhambat, kami harus mengantri hingga semua selesai menyebrang.
Hambatan tidak berhenti saja di situ, setelah kami berhasil melewati lelongsoran tiba-tiba saja kami dikejutkan dengan temuan tas carrier yang diletakkan begitu saja. Mas eko adalah orang pertama yang menemukan tas carrier tersebut di pinggir jalan. Kami semua terhenti karena khawatir terjadi sesuatu pada si pemilik tas. Kami berteriak dan mencari di sekitar semak-semak dan tebing yang gelap seraya memanggil namanya yang kebetulan bernama Eko juga. Kekhawatiran kami semakin menjadi karena tas diletakkan begitu saja lengkap dengan dompet dan handphonenya. Pak eko yang berasal dari Jati Asih Bekasi ini tidak meninggalkan jejak apapun. Akhirnya kami mengambil inisiatif membawa dompet beserta HP milik pak Eko untuk diserahkan kepada ranger aatu petugas di pos berikutnya.
Setelah berjalan cukup lama melewati jembatan kayu, kami diberitahukan oleh tim lain bahwa Pak Eko sudah ditemukan. Rupanya beliau sengaja meletakkan tas tersebut di pinggir jalan lantaran sudah tidak kuat melanjutkan trekking. Usut punya usut ternyata pak Eko ini baru saja menjalankan operasi usus buntu tetapi sudah berani melakukan trekking ke Semeru. Kami lega sekali karena apa yang ditakutkan tidak terjadi, Pak Eko selamat dan kembali turun untuk mengambil tas ditemani oleh salah seorang temannya (lah tadi naik ke atas ngapain dong pak?).
Catatan penting: jika terjadi sesuatu seperti kasus Pak Eko di atas, sebaiknya meninggalkan satu catatan di atas tas atau di dalamnya yang memberitahukan bahwa tas tersebut sengaja ditinggal, sehingga tidak membuat bingung pendaki lainnya.
Perjalanan kami menuju Ranu Kumbolo memang terbilang lama. Saya sendiri sudah sangat kelelahan. Berkali-kali saya bertama kepada Reza (pemimpin tim) kapan Rakum dapat terlihat. Ini merupakan pengalaman trekking pertama saya di malam hari yang panjang. Paling lama trekking malam hanya sampai jam 7 saja. Jadi terus terang saja saya benar-benar kelelahan. Rakum saat itu terlihat sangat jauh bagi saya, karena setelah beberapa kali melewati pos baik Landengan Dowo (Sign Pertama) dan Watu Rejeng (Sign Kedua)sepertinya tidak sampai juga. Padahal kami sudah mengitari beberapa bukit untuk menikmati surganya Semeru itu.
Hingga akhirnya kami sampai di sebuah tanjakan yang cukup terjal dan licin yang merupakan tanda akhir menuju Rakum karena setelah itu kita hanya jalan mendatar yang diakhiri dengan turunan licin dan cukup terjal. Sebenarnya jika trekking dilakukan saat matahari masih ada, kondisinya tidak akan seseram bayangan saya. Apalagi sungguhan indah landscape ciptaan Tuhan akan memberikan efek booster tersendiri bagi pendaki yang kelelahan.
Tetapi setelah berjalan cukup lama, akhirnya kami melihat bayangan putih kabut yang samar itu. Bayangan putih itu membentang luas, rupanya itu adalah Ranu Kumbolo. Subhanallah meskipun gelap tak terlihat, namun sinaran rembulan yang cerah saat itu memantulkan keindahannya. Saya kembali menengok ke jam tangan yang melingkar di pergelangan, sudah pukul 23:00 WIB. Kami terhenti di area yang sudah di kavling untuk membangun tenda. Dingin mulai merasuk ke dalam tubuh. Kami menyegerakan untuk memakai jaket gunung, sarung tangan, kupluk dan lainnya. Teman laki-laki kami membangun tenda, sebagaian lagi memasak air panas untuk menghangatkan tubuh. Jangan sampai kita mengalami hypothermia karena suhu di Ranu Kumbolo saat itu bisa mencapai ±10 derajat Celcius (atau bahkan lebih dingin lagi?). Setelah semua tenda dibangun, kami kemudian masuk dan segera beristirahat.
Mentari Pagi di Ranu Kumbolo (2400 mdpl)
Pagi sekali teman-teman sudah mulai berisik membangunkan kami yang tidur terlelap. Saya sendiri masih lelah dan pegal-pegal tetapi melihat hari sudah mulai terang, saya dan teman-teman di tenda wanita ikut terbangun. Subhanallah benar-benar surganya Semeru, indah sekali Ranu Kumbolo yang memiliki luas sebesar 14 hektar. Saya tidak sabar memegang air danaunya. Wow dingin banget, tapi jernih hingga kita bisa melihat dasar danau yang berpasir. Eh ada ikan-ikan kecil lho di sana. Bagaimana cara ikan-ikan ini datang ya? Tidak usah dipikirin deh, ini tugasnya ahli botani dan sejarah hehe.
Saya mengambil botol plastic yang kosong untuk diisi dengan air Rakum yang dingin dan sejuk. Saya mulai membersihkan wajah dan gosok gigi supaya segar. O iya untuk menjaga keindahan alam Rakum, jangan mencuci langsung di danaunya ya. Ambil saja air di wadah kemudian gali lubang kecil untuk menampung air bekas yang kita gunakan. Kemudian jangan lupa ditutup kembali ya.
Tak lengkap rasanya jika tidak foto-foto. Banyak lho yang mengungkapkan perasaannya di sini. Ada yang berdoa untuk sukses giling, ada yang mengibarkan bendera, ada juga yang menyatakan perasaanya agar tetap langgeng dengan sang kekasih (colek Fendy hehe) juga ada yang bikin iklan (ehem). Nah kalau dua orang rekan kami yaitu Kamil dan Wahyu entah kenapa dari awal paling berinisiatif untuk memasak. Masakannya juga lumayan enak kok hehe. Kamil dan wahyu pagi itu memasak nugget dan sarden. Mereka juga membuat beberapa minuman penghangat seperti wedang jahe dan susu. Wah cocok deh mereka berdua, jangan sampai dipisahkan. Sejak itu kami mempercayakan masak-memasak pada duo nge-nge ini hehe.
Setelah sarapan, kami mulai berkemas membereskan keperluan kami masing-masing. Bekas makan dan sampahnya juga ikut dibereskan diletakkan dalam satu trash bag. Trash bag-nya kami letakkan dulu sementara di satu sisi Rakum untuk nanti kami jemput kembali ketika pulang. Semua sudah siap dengan tenaga yang kembali full charging. Setelah berdoa, kami mulai melangkah kembali menuju tempat kedua dimana kami bersitirahat nantinya melewati Tanjakan Cinta dan padang Verbena yang cantik. Semangat!
Cerita Selanjutnya: Petualangan Mahameru: (3) Tanjakan Cinta-Oro-Oro Ombo
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (1) Jakarta-Ranu Pani
Catatan:
Trekking ke Ranu Kumbolo lumayan panjang, siapkan stamina dan beberapa makanan untuk menambah energi seperti coklat atau madu.
Jika trekking dalam kondisi hujan ada baiknya menggunakan rain coat yang sebenarnya, bukan berbahan plastic karena selain benar-benar melindungi dari air hujan, juga membantu menahan angin.
Untuk menghangatkan badan, maka minuman instant seperti wedang jahe, stmj, atau susu perlu dibawa.
Kemudian makanan berprotein seperti sosis, ikan sarden , kornet daln lainnya diperlukan untuk makanan otot. Tetapi sumber serat juga sangat diperlukan lho. Kita bisa membawa buah atau jelly sebagai sumber serat.
Pingback: Petualangan Mahameru: (1) Jakarta-Ranu Pani | Evrina Budiastuti
Pingback: Petualangan Mahameru: (3) Tanjakan Cinta-Oro-Oro Ombo | Evrina Budiastuti
Mechta
evrinasp
Idah Ceris
evrinasp
Rohmah
evrinasp
Rohmah
evrinasp
Euisry Noor
evrinasp
Keven
evrinasp
Dwina Yusuf
evrinasp
momtraveler
evrinasp
Irly
Pingback: Petualangan Mahameru: (6) Kembali ke Ranu Pani Via Ayak-Ayak | Evrina Budiastuti
Pingback: Petualangan Mahameru: (4) Cemoro Kandang-Kalimati | Evrina Budiastuti
Dwi Puspita
evrinasp
Pingback: Petualangan Mahameru: (5) Summit Attack (Arcopodo-Puncak Mahameru-Ranu Kumbolo) | Evrina Budiastuti