Pagi itu saya bermimpi kemah di pinggir pantai. Hembusan angin pantai berkali-kali menerpa tenda tempat tidur saya. Anginnya kencang sekali hingga suara beberapa pendaki itu kemudian membangunkan saya dari mimpi.
Rupanya tetangga-tetangga kami sudah mulai melakukan pendakian ke dua buah puncak yang membentang dihadapan kami yaitu Puncak Trianggulasi dan Puncak Kenteng Songo. Kelap-kelip headlamp membuat jalur lurus yang terus menanjak ke atas Merbabu padahal suasana masih gelap dan cuaca sangat dingin ekstrim. Saya kembali meringkuk ke dalam sleeping bag menunggu datangnya sang fajar.
Matahari sudah mulai muncul, em yiyi datang ke tenda kami untuk membuat minuman hangat seagai sarapan kami. Kami harus memasak di dalam tenda karena angin dari lembah bertiup sangat kencang yang dapat mengganggu proses pemasakan. Setelah sedikit menghangatkan tubuh dengan โminum makanan bergiziโ, saya dan em yiyi bergegas mendaki bukit yang ada di sebelah kanan tenda. Di balik bukit itu terbentang view yang sangat indah bertepatan dengan arah datangnya cahaya matahari.
Bukit di Sabana 2 yang kami naiki itu berbentuk cekungan U, yang langsung menghadap dengan samudera awan. Meskipun kita berada di atas, tetapi seolah merasakan sedang berhadapan dengan samudera. Angin yang bertiup sangat kuat, berkali-kali saya harus memegang kuat bendera yang saya bawa. Banyak mengabadikan moment di sana. Saya sendiri lama duduk terdiam mengagumi Sang Pencipta. Sungguh ciptaannya sangat luar biasa. Surga Merbabu terbentang luas di sana.
Selepas mengabadikan moment di sana, kami bergegas turun. Sekarang gantian Iqbal, Dwi, Bintar, Om Wilson serta teman-teman lainnya yang pergi ke atas bukit. Saya segera membangunkan Kamil dan Wahyu untuk memasak sarapan kami pagi itu. Maklum saja, saya, Mbak Weyna dan Dwi belum makan sejak malam, jadilah kami sangat lapar. Wahyu dan Kamilpun dengan sigap kembali menyiapkan sarapan dibantu dengan Dwi yang sudah selesai berfoto ria di atas.
Kami memasak semua logistik yang kami bawa saat itu. sarden, bakso, sosis, sayuran, nasi, telur asin semuanya dihabiskan pada saat sarapan supaya meringankan beban ketiak muncak nanti. Meskipun saya lapar, tetapi saya hanya makan sedikit dan lagi-lagi dengan sebuah mi rebus hangat. Teman-teman yang lain asik mengkonsumsi sosis serta bakso yang jumlahnya cukup untuk disantap 14 orang.
Selepas sarapan, kami mulai membereskan segala perlengkapan untuk melanjutkan perjalanan dan muncak di atas Merbabu. Di kanan kiri kami sudah mulai berangkat terlebih dahulu. Namun, ada yang menarik perhatian kami ketika selesai beres-beres. Di hadapan kami ada sebuah grup pendaki yang memakai kostum seragam sekolah dasar lengkap dengan bendera merah putih. Sepertinya mereka baru saja muncak dan upacara tadi pagi dan saat ini mereka dalam perjalanan turun melalui Selo. Sontak saja, mereka menjadi selebritis saat itu. Banyak yang meminta foto bareng termasuk sebagian dari Tim Elang. Ehem siapa aja ya yang kemarin foto-foto sama mereka? Kalau saya merhatiin saja sampai geleng-geleng kepala.
Sebelum melanjutkan perjalanan, saya sempat mengabadikan padang Sabana 2 Merbabu ini. Sabana 2 merupakan camping area yang cukup luas untuk menampung para pendaki. Sama seperti area lainnya, di sini juga masih berdebu tapi tidak setebal pos sebelumnya. Rumput kering mendominasi padang Sabana 2. Saya kemudian berjalan ke pinggir Sabana 2, rupanya kami semalam menginap di atas awan, pantas saja ketika saya nengok ke atas tak ada awan satu pun, hanya ada bentangan langit biru. Maka wajar saja jika angin bertiup sangat kencang ditambah dengan suhu yang dingin. Tapi jarak ke matahari terlihat sangat dekat lho, tangan saya sampai hitam hingga sekarang ini.
Yak, waktunya berangkat muncak. Sepertinya tim kami yang paling siang nih, karena kami baru berangkat dari Sabana 2 pukul 11:00 WIB. Kami memang sengaja santai karena memang kereta kami baru berangkat pukul 2 dini hari, sehingga masih banyak waktu untuk berlama-lama di Merbabu. Baiklah mari kita berdoa demi kelancaran perjalanan.
Namanya juga muncak, berarti treknya mendaki terus nih kawan. Debu masih ada hingga ke puncak dan jarang sekali vegetasi. Treknya tidak terlalu curam kok tetapi kalau mau lebih aman, ambil jalur sebelah kiri karena tidak terlalu ekstrim dan tidak terlalu licin. Berkali-kali saya melakukan istirahat karena memang sudah kelelahan. Cuaca tengah hari bolong tersebut membuat saya cukup banyak menghabiskan air minum. Sambil istrirahat, saya dan teman-teman memperhatikan pemandangan di sekitar. Keren pake bingits deh, awan benar-benar di bawah kita, dan pemandangan di bawah sana sungguh luar biasa. Apalagi kalau sudah sampai puncak ya.
Beberapa kali saya di PHP-in nih sama puncak Merbabu. Kirain di atas sana sudah sampai puncak. Rupanya kita harus jalan dulu ke arah kanan kemudian naik lagi untuk sampai puncak. Benar-benar perjuangan deh. Akhirnya setelah menempuh satu jam perjalanan, saya tiba juga di puncak. Teman-teman yang lain sudan bosan menunggu sepertinya dan sudah kehabisan gaya mau foto apa lagi hehe. Kini gantian saya yang foto di atas Puncak Trianggulasi Gunung Merbabu dengan ketinggian 3142 mdpl.
Kami sudah di Puncak TrainggulasiPuncak Gunung Merbabu terbagi menjadi tiga dengan ketinggian berturut-turut yaitu Puncak Trianggulasi (3142 mdpl), Kenteng Songo (3142 mdpl) dan Puncak Syarif (3119 mdpl). Nah jarak Puncak Trianggulasi dengan Kenteng Songo itu sangat dekat, paling hanya 10 meter. Dari puncak Trainggulasi kita tinggal turun sedikit lalu jalan dan naik ke arah Puncak kenteng Songo.
Puncak Kenteng Songo saat itu sangat ramai karena terdapat bendera merah putih berukuran besar yang berkibar dengan gagahnya. Para pendaki banyak yang mengabadikan moment di atas sana, termasuk tim kami. Bersama dengan tim lainnya, kami bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya sambil hormat kepada sang saka merah putih.
Tepat pada tanggal 17 Agustus 2015 sekitar pukul 13:00 kami menyanyikan lagu Indonesia Raya di Puncak Kenteng Songo Gunung Merbabu. Dirgahayu Indonesia ku, semoga engkau semakin jaya meskipun aral melintang selalu datang menghadang. Apapun yang terjadi, kami tetap cinta Indonesia.
Menyanyikan lagu Indonesia Raya di Puncak Kenteng Songo Gunung Merbabu:
Puncak Kenteng Songo memiliki empat buah kenting yang terbuat dari batu. Menurut cerita ini alami lho. Lalu kemana yang lima buah lagi? menurut cerita lagi, lima buah kenteng yang lain sebenarnya ada tetapi tak terlihat alias ghaib *wallahualam*.
Setelah cukup lama berada di Puncak Kenteng Songo, akhirnya kami kembali turun melalui jalur Wekas melalui trek Roller Coaster yang sumpah ekstrim aja buat saya. Kalau kemarin kami naik via Selo penuh dengan debu, jalur turun via Wekas ini penuh dengan bebatuan. Saya sampai harus ngesot untuk turun. Ekstrims pemirsa.
Cerita tentang perjalanan turun akan saya ceritakan pada postingan selanjutnya ya, soalnya kalau langsung digabungin jadi kepanjangan.
Cerita lengkap versi You Tube, lihat yuk:
Cerita Selanjutya: Petualangan Merbabu: (4) Kembali Melalui Wekas
Cerita Sebelumnya: Petualangan Merbabu: (2) Selo-Sabana 2
Cerita Sebelumnya: Petualangan Merbabu: (1) Jakarta-Selo
Catatan:
Sabana 2 sangat indah, jangan sia-siakan moment ketika berada di tempat ini karena untuk menuju Sabana 2 kita harus melalui perjalanan yang cukup ekstrim.
Keke Naima
evrinasp
Ria Citinjaks
evrinasp
Tri sulistiyowati
evrinasp
Noorma
evrinasp
Noorma
evrinasp
Juliana Dewi Kartikawati
evrinasp
ani
evrinasp
rinasusanti
evrinasp
Hidayah Sulistyowati
evrinasp
YogoBlog
evrinasp
Arifinda D. Putri
evrinasp
resep masakan
Pingback: Ada Lubinar untuk Kulit Ku | Evrina Budiastuti
Pingback: Kisah Penyuluh Galau yang butuh Piknik | evRina shinOda
Anne
evrinasp
fanny fristhika nila
evrinasp
Pingback: Pendakian Gunung Sumbing Melalui Mangli ke Pos 3