Petualangan Rinjani: (1) Jakarta-Sembalun

jakarta sembalun 2

Entah mengapa, gunung seolah memiliki magnet tersendiri yang membuat saya dan teman-teman ingin kembali mendakinya. Setahun yang lalu di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, saya dan teman-teman Tim Elang merencanakan untuk mendaki bersama ke Gunung Rinjani. Guna mewujudkan rencana tersebut kami telah membuat persiapan sejak bulan Desember 2015 melalui rapat kecil yang kami sebut sebagai rapat Tim Inti Rinjani. Cerita mengenai persiapan ke Rinjani ada di tulisan ini: Membuat Custom Tshirt Rinjani.

Ahamdulillah semuanya berjalan lancar meskipun salah satu kawan kami batal berangkat karena sakit. Di Lombok kami menikmati hamparan alam, mulai dari gunung, bukit, danau hingga lautnya, dan berikut cerita kami ketika berpetualang kemarin yang saya bagi dalam beberapa sesi.

Menuju Rinjani

Sejujurnya, saya sedang tidak fit ketika berangkat ke Rinjani kemarin. Selain karena kelelahan akibat pekerjaan yang sedang menumpuk, ada beberapa hutang tulisan yang harus saya selesaikan menjelang keberangkatan. Sampai hari Sabtu tanggal 30 April 2016 pukul 9:00 WIB saya masih belum melakukan packing sementara pukul 11:00 WIB saya sudah harus berangkat dari rumah ke bandara. Notifikasi grup Tim Inti Rinjani sudah ramai. Kamil, kawan kami yang berangkat dari Karawang ternyata sudah tiba di bandara sejak pukul 08:00 WIB. Saya semakin gelisah karena baru mempersiapkan semuanya setelah pukul 09:00 WIB. Hasilnya ada beberapa perlengkapan yang ketinggalan untuk dibawa seperti jas hujan, sarung tangan dan juga gaiter. Padahal semua perlengkapan tersebut sangat penting untuk digunakan ketika mendaki gunung.

rinjani

Saya dan suami tiba di pool Damri pukul 12:00 WIB kurang. Kami langsung naik dan meminta izin untuk membeli jas hujan sebentar di toko yang ada di dekat pool. Saya harus berlari guna mendapatkan jas hujan tersebut karena hanya tersisa waktu 15 menit sebelum bis berangkat. Akhirnya jas hujan yang dicari bisa didapatkan dan bis langsung melaju ketika saya naik ke dalamnya.

Sepanjang perjalanan, saya sangat khawatir karena ternyata jalanan Jakarta mengalami macet siang itu, padahal saya sudah harus sampai di bandara maksimal pukul 2 siang. Saya terus berdoa agar perjalanan menuju bandara dilancarkan karena kalau tidak, kami bisa ketinggalan pesawat yang berangkat pukul 15:45 WIB. Alhamdulillah walaupun mepet, kami tiba juga di bandara dan langsung bergabung dengan Kamil serta Bintar yang sudah tiba terlebih dahulu. Perjalanan menuju Lombok memang penuh drama, tetapi semua terbayarkan ketika kami tiba di Lombok.

rinjani

para pendaki sedang menunggu jemputan

Berenam menuju Rinjani

Banyak sekali wisatawan yang datang di Bandara Lombok Praya saat itu baik lokal maupun mancanegara. Banyak juga para pendaki yang hilir mudik di sekitar bandara yang juga hendak mendaki Rinjani. Om Wilson yang memimpin petualangan kali ini sudah menunggu di luar bersama dengan mobil jemputan yang sudah kami sewa. Mobil ini langsung membawa kami menuju penginapan di Sembalun dekat basecamp sebelum kami muncak keesokan harinya.

Perjalanan kami sempat terhenti karena ada razia polisi di salah satu jalan yang akan dilalui. Sebenarnya kami tidak perlu takut terhadap razia itu, namun ternyata pak supir lupa membawa stnk sehingga membuat kami memutar jalan memasuki jalan tikus melewati areal perkebunan. Saya tidak terlalu ingat saat itu karena sambil mengantuk dan tertidur ketika mobil berjalan. Saya terbangun pada saat mobil melaju kencang melintasi perbukitan. Di sekitar jalan banyak sekali anjing berkeliaran. Menurut pak sopir, anjing itu milik warga yang artinya tempat untuk menginap sudah dekat.

rinjani

Perjalanan malam melewati jalan setapak

Saya melihat jam, dan pada saat itu sudah menunjukkan pukul 1 malam waktu Lombok (1 jam lebih cepat dari Jakarta). Kami langsung diarahkan menuju rumah berbentuk semacam lumbung padi. Saya dan teman-teman akan menginap di situ hingga pagi menjelang. Setelah mengatur posisi karena memang ruangannya sangat sempit, akhirnya kami semua terlelap untuk menghemat energi.

Pagi hari sudah menjelang, beberapa pendaki yang lewat dengan menggunakan mobil bak sudah mulai melakukan start pendakian. Kalau kami yang memang melabeli diri sebagai pendaki keong, masih agak santai saat itu. Sambil menunggu Om Wilson mengurus administrasi, kami mengabadikan rumah lumbung yang ternyata dijadikan kamar-kamar oleh keluarga di situ. Kalau tidak salah hitung, ada tujuh buah bangunan serupa di area tersebut. dua bangunan digunakan untuk keluarga pemilik rumah, satu bangunan kami gunakan, dan beberapa lainnya kosong.

rinjani

Tempat menginap yang dikira lumbung padi

Tak beberapa lama Om Wilson datang sambil membagikan semacam tanda pengenal berwarna biru yang harus dipasang di tas carrier milik kami. Untuk wisatawan lokal, tanda pengenalnya berwarna biru, sedangkan wisatawan mancanegara berwarna merah. Setelah itu kami semua sarapan sebelum akhirnya berangkat bersama dengan menggunakan pick up. O iya kami menggunakan jasa dua porter untuk membantu membawa logistic dan tenda. Logistic yang dibawa cukup banyak, baru kali ini kami mendaki dengan logistic yang bergizi karena dibekali buah-buahan, sayuran, dan juga sumber protein seperti daging ayam, tahu dan tempe. Biasanya sih kami membawa makanan instant seperti mie, sarden, sosis atau logistic instant lainnya. Untuk kali ini kami bersyukur karena kebutuhan serat terpenuhi.

rinjani

Tanda pengenal berwarna biru untuk wisatawan lokal

rinjani

Baca dengan seksama

rinjani

Viewnya di belakang indah banget

Mobil pick up sudah datang, kami semua bersiap untuk naik menuju gerbang pendakian Sembalun. Jangan coba-coba membawa mobil sendiri di sini ya karena jalanannya ekstrim. Saya sampai berpegangan kuat ke body pick up karena mobil berjalan cepat sambil melewati jalan berbatu. Sepanjang pejalanan, kami disuguhi panorama landscape Rinjani yang begitu indah. Di bawah sudah indah, apalagi di atasnya ya.

rinjani

Nanas sumber serat kami selama di gunung

rinjani

Pindah ke mobil yang lebih kuat

rinjani

perjalanan menuju gerbang sembalun

Akhirnya kami tiba juga di Gerbang Pendakian Rinjani via Sembalun. Kami langsung membagi logistic yang dapat dibawa masing-masing untuk meringankan beban porter. Porter sudah jalan lebih dahulu. Kini tiba giliran kami untuk berangkat, namun sebelum itu kami berdoa dan berfoto bersama dulu agar pendakian yang memakan waktu 4 hari 3 malam ini dapat berjalan lancar. Yang pasti, perjalanan via Sembalun tidak terasa lelah karena tersaji hamparan sabana indah yang memukau mata. Rinjani sungguh sangat indah.

sudah tiba di gerbang Sembalun
rinjani

Before pendakian masih putih bersih

Berlanjut pada cerita selanjutnya ya, perjalanan menuju Pos 3 di Petualangan Rinjani bersama Tim Elang.

rinjani

Bocoran foto di sabana

45 Comments

  1. Anne Adzkia

    Reply

    Huaaaa…keren banget Ev petualangannya. Telat nih kayaknya kalau baru memulai seumuran aku ya. Dulu alesannya nunggu anak gede supaya bisa diajak atau ditinggal-tinggal. Ternyata badan malah berkurang kekuatannya. Btw, persiapan tergesa-gesa itu emang gawat ya, suka ada yg ketinggalan jadinya.

    • Reply

      gak ada kata telat mbak untuk memulai, banyak kok yang sudah berumur tapi masih pada naik, ayo semangat mbak

  2. hendri hendriyana

    Reply

    kayanya seru banget ya kalo berpetualang bersama suami 😀

    saya masih belum ada rencana buat berpetualang bersama istri 🙂

  3. Reply

    Indah sekali pemandangannya.
    Baru ini mampir di blognya mba evrina. Salam kenal ya mba..
    Ditunggu lanjutannyaa.. ??

  4. momtraveler

    Reply

    Untung semua lancar ya walaupun persiapan kurang apalagi ada suami yg menguatkan jd semangat lah.
    Ditunggu episode selanjutnya

  5. dian eato

    Reply

    waaahhh foto terakhir benar – benar bikin envy mba :'(
    anyway hanya mba doank pendaki perempuan ??? Mba gunung rinjani itu termasuk g.berapi aktif kan ??

  6. Pingback: Petualangan Rinjani: (2) Sembalun-Pos 3 - Evrina Budiastuti

  7. Hidayah Sulistyowati

    Reply

    Pemandangannya keren banget, kangen mendaki mbaaaak ^^

  8. Reply

    Lhoh, itu mbak Ev cewek sendiri ya? wah salut deh 🙂

    Latar belakang gunung pas di foto para cowok bagus sekali ya mbak, indah dan jelas. Kayaknya gunungnya dekat banget 🙂

  9. Pingback: Petualangan Rinjani: (3) Bukit Penyesalan-Plawangan Sembalun - Evrina Budiastuti

  10. Pingback: Petualangan Rinjani: (3) Plawangan Sembalun - Evrina Budiastuti

  11. Pingback: Petualangan Rinjani: (4) Summit Attack - Evrina Budiastuti

  12. Reply

    Selalu mupeng dengan cerita pendakian gunung. Sayangnya kaki saya agak ringkih karena cedera, mungkin kalaupun ke Rinjani, rencana cukup sampai Danau Segara Anakan saja, he he he

    Anyway, perjalanan itu selalu ada saja ceritanya di awal ya, mulai waktu mepet atau barang ketinggalan, he he he. Keren mbak Ev

    • Reply

      iya mas surya, btw kalau ke segara anakan tetap harus ke palawangan sembalun naik terus, kemudian turun lumayan terjal ke segara anak, mending muncak sekalian kalo udah di plawangan

  13. Reply

    Seruuu banget yah Mbak, bagian pertama aja ini udh bikin mupeng apalagi sambungannya nih ntar.. pengeeenn jugaaa 😀

  14. Pingback: Petualangan Rinjani (6): Senaru - Evrina Budiastuti

Leave Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *