Minggu, 1 Mei 2016. Hari sudah semakin siang, kami harus segera melakukan pendakian menuju Rinjani yang ada di hadapan mata. Setelah berfoto, berdoa, dan mengencangkan ikat pinggang, kami langsung melangkah beriringan melewati gerbang hijau bertuliskan Selamat Datang di Taman Nasional Gunung Rinjani. Bagi teman-teman yang belum membaca cerita sebelumnya, dapat menuju link di bawah ini:
Tulisan Sebelumnya: Petualangan Rinjani: (1) Jakarta-Sembalun
Sabana Indah Rinjani
Setelah melewati gerbang, kami langsung mendapatkan hamparan sabana padang ilalang yang menutupi hampir seluruh landscape kaki Gunung Rinjani. Indah banget lho teman-teman, perjalanan naik turun meski belum terlalu terjal terasa sangat ringan ditambah dengan semilir angin yang berhembus. Tak bosan-bosan saya menyenandungkan kekaguman kepada Sang Pencipta atas pemandangan yang indah dan menawa tersebut.
Ketika memandang ke depan, kami melihat jalan lurus di antara padang ilalang yang terus naik namun terlihat memanjang. Kemudian ketika melihat ke belakang, ternyata tanpa sadar kita sudah jauh berada di atas walaupun masih berada di kaki Rinjani. Benar-benar sangat indah, saya sampai bingung harus menuliskan kata apalagi ya.
Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan dua orang pendaki yang berasal dari Perancis. Seingat saya, pendaki ini berpapasan dengan kami sebelum tiba di pintu gerbang. Kami menggunakan pick up, sementara mereka berjalan kaki dari basecamp tetapi mereka sudah jauh lebih dulu dari kami. Kami berbincang sebentar dan mereka bertanya apa saja yang dibawa dalam tas carrier. Kami mengatakan kalau kami membawa semuanya: pakaian, makanan, air, jas hujan, anything deh sama seperti mereka. Setelah berbincang-bincang, kami melakukan sesi foto bersama dan segera melanjutkan perjalanan.
Teman-teman sudah berjalan terlebih dahulu, sementara saya lebih memilih agak santai sambil menikmati pemandangan yang ada. Target kami hanya sampai pos 3 untuk hari pertama pendakian, jadi diperkirakan sampai pos 3 masih sore hari jadi kami dapat berjalan sedikit santai. Nah, sewaktu melintas ke padang sabana yang ada di sebelah jalan, saya dan suami dihadang oleh sapi yang tengah memakan rumput. Sapinya terlihat subur dan sehat, wajar saja karena digembalakan bebas di padang rumput. Coba deh bandingkan dengan sapi yang dikurung begitu saja dalam kandang, pasti jauh berbeda. Lebih happy sapi yang digembalakan *apa sih ev.
Kembali ke perjalanan, setelah melewati jalan setapak tempat sapi bersantai ria, kami langsung mendapatkan suguhan bentangan sabana yang berlekuk-lekuk. Jauh dari hadapan saya terdapat rombongan pendaki yang berjalan dari jalur yang berbeda dari aras kedatangan kami. Saya belum tau itu dari arah mana ya? kami kemudian dipertemukan pada satu titik ke jalan setapak yang terus menanjak.
Akhirnya setelah berjalan beberapa lama, kami sampai juga di pos pertama. Di pos ini kami santai sejenak sambil menikmati masakan yang dibuat oleh Pak Juhaini dan Anin, dua orang porter kami.
Dari Pos ke Pos Rinjani
Di pos 1, Pak Juhaini dan Anin mulai membuka logistik yang dibawa. Mereka memasak mie goreng lengkap dengan ayam goreng, kerupuk dan potongan mentimun. Mereka juga sudah membuat teh manis hangat untuk kami agar tenaga pulih kembali. Nanas yang dibawa juga sudah dipotong rapih untuk kami santap secara bersama. Benar-benar pendakian bergizi, baru kali ini kami merasakannya.
Sambil menunggu teman-teman lainnya beristirahat, kami melakukan kewajiban terlebih dahulu untuk shalat. Menyenangkan dan syahdu rasanya shalat di tengah kedamaian seperti ini. O iya, kalau musafir katanya doanya lebih mudah untuk diijabah ya, maka perbanyaklah doa yang baik selama melakukan perjalanan. setelah semua selesai, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali. Kalau tidak salah saat itu waktu menunjukkan pukul 13:00 WITA.
Perjalanan menuju pos 2 masih sama seperti ke pos 1, landai dan bersahabat. Saya sampai takjub karena baru kali ini jarak antara pos 1 dan pos 2 terasa dekat. Lain halnya jika medan pos 1 ke pos 2 berjalan naik, pasti terasa jauh. Kami beristirahat di jembatan yang ada di bawah pos 2 karena kondisi pos 2 saat itu ramai dan jalannya menanjak. Di sana kami berbincang dengan sesama pendaki yang ternyata banyak juga yang berasal dari Jawa Barat.
Setelah cukup energi, kami langsung melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 3. Rupanya perjalanan menuju pos 3 mulai menanjak. Saya mulai kelelahan, sebentar-bentar istirahat walaupun istirahatnya sambil berdiri. Kaos yang saya kenakan sampai basah lho, jadi kalau berdiam diri agak lama akan terasa dinginnya. Apabila sudah terasa dingin, saya mulai bergerak kembali untuk menghindari hipotermia.
Akhirnya setelah berjalan agak menanjak, kami tiba juga di pos bayangan sebelum pos 3. Di sini kami beristirahat cukup lama karena pos 3 sudah dekat jaraknya. Sepertinya teman-teman juga kelelahan karena tidak ada yang berdiri saat itu, semuanya rebahan di tanah tidak memperdulikan kotor dan sebagainya. Enak sekali tiduran di tanah saat itu karena dapat melihat langit biru secara langsung.
Om Wilson sudah memberikan aba-aba untuk bergerak. Pos 3 tinggal sedikit lagi. Kami harus menanjak beberapa kali dan melewati jembatan hingga akhirnya berjumpa dengan pos 3 yang sudah dipenuhi pendaki. Saya langsung mencari lokasi tenda di dirikan. Di sana terlihat Pak Juhaini dan Anin yang sudah seolah membuat kavling tempat tenda berdiri. Tetapi rasanya kurang nyaman karena saya menghirup aroma ranjau manusia di sekitar.
Di sekitar kami memang berpasir dan ini menjadi lahan empuk untuk membuang kotoran. Tetapi saya ingatkan ya, kalau mau membuang kotoran buatlah lubang lalu tutup kembali agar tidak mencemari lingkungan dan merusak pemandangan. Kalau tercium begini kan jadi merusak keindahan.
Akhirnya kami mendirikan tenda di sana untuk bermalam sehari sebelum besok berjalan ke medan yang lebih berat melewati tujuh bukit penyesalan. Kondisi saya saat itu mulai tidak fit karena terserang demam. Saya langsung mematuhi arahan teman saya yang bernama Bintar untuk segera minum obat dan tidur saja, sementara teman lain mulai memasak dan memotret keadaan sekitar.
Malam hari, saya memberanikan diri untuk melongok ke luar, subhanallah indah banget, bintang terlihat bersinar berkat langit yang cerah. Tetapi saya harus segera tidur untuk memulihkan tenaga dan mengusir demam. Bahaya sekali jika kondisi tidak fit sementara kondisi medan cukup berat untuk dilalui.
Nah, bagaimana kelanjutan cerita petualangan Rinjani? Nantikan tulisan selanjutnya ya ketika menuju Plawangan Sembalun.
andyhardiyanti
evrinasp
Sularno
evrinasp
Evi
evrinasp
Agung Han
evrinasp
Effendi nurdiaman
evrinasp
Anne Adzkia
evrinasp
Usup Supriyadi
evrinasp
Hastira
evrinasp
Lidya
evrinasp
Wida Zee
evrinasp
Rani R Tyas
evrinasp
Arif Rahman
evrinasp
Hidayah Sulistyowati
evrinasp
Irawati Hamid
evrinasp
Fanny f nila
evrinasp
inayah
evrinasp
Ani Berta
evrinasp
Amethyst aiko
evrinasp
Anjar Sundari
evrinasp
Anis Hidayah
evrinasp
Milda Ini
evrinasp
Aireni Biroe
evrinasp
Khoirur Rohmah
evrinasp
lianny hendrawati
evrinasp
Surya Hardhiyana
evrinasp
Rosanna Simanjuntak
evrinasp
Jiah
evrinasp
Levina Mandalagiri
evrinasp
Diah
evrinasp
@kakdidik13
evrinasp
Rinjani Trekking