Hanya punya waktu sehari untuk keliling Pulau Weh, enaknya pergi ke mana saja ya? saya pikir hanya bisa menikmati beberapa destinasi saja karena waktu yang terbatas. Ternyata tidak lho, soalnya objek wisata di Pulau Weh letaknya cukup berdekatan, sehingga saya dan teman-teman jadi bisa mendatangi beberapa objek wisata selama satu hari saja.
Waktu itu saya berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat dengan penerbangan yang paling awal. Sesampainya di Banda Aceh, langsung menuju pelabuhan untuk menyebrang ke Pulau Weh. Nah, dari situ petualangan dimulai bersama teman-teman menyusuri beberapa objek wisata di Pulau Weh selama stau hari.
Tugu Nol Kilometer di Pulau Weh
Sesampainya di Pelabuhan Balohan Sabang, saya langsung naik ojeg untuk menuju destinasi pertama di Pulau Weh yaitu Tugu Nol Kilometer. Dari pelabuhan, saya harus menempuh jarak 38 km menggunakan ojeg untuk menuju ke sana. Di sana teman-teman saya yaitu Kang Ali, Mbak Retno, Sarah, dan Hendra sudah menunggu. Sayangnya karena saya baru sampai terlalu siang, jadi tidak bisa terlalu mengeksplore ada apa saja di Tugu Nol Kilometer. Apalagi saat itu tugu sedang dibangun, jadi hanya bisa berfoto di tulisannya saja.
Baca ini dulu yuk: Akhirnya ke Sabang Juga
Goa Sarang
Dari Tugu Nol Kilometer, kami berempat langsung diajak untuk mengunjungi destinasi selanjutnya yang menurut saya cantik sekali tempatnya. Destinasi tersebut adalah Goa Sarang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Tugu Nol Kilometer. Di sini pengunjung dapat melakukan snorkeling, diving, atau sekedar menikmati pemandangan saja seperti yang kami lakukan.
Tempatnya instagramable banget lho, ada ayunan, ada rumah pohon, dan kalau mau sedikit olahraga ke bawah bisa mendatangi goa yang berdekatan dengan pantai. Sayangnya kami tidak turun ke bawah mengingat waktu untuk mengeksplore tidak terlalu banyak. Sehingga cukup menikmati birunya pantai dan semilir angin laut.
Warung di Seberang Pulau Klah
Puas menikmati Goa Sarang, kami berempat langsung diajak ke sebuah warung di pinggir jalan sambil menikmati rujak buah khas Aceh serta kelapa hijau. Rujak buahnya enak lho karena terbuat dari gula merah yang memiliki rasa manis dan aroma yang wangi. Katanya itu bukan gula merah biasa, namun dibuat dari pepohonan tertentu, sayangnya saya lupa dengan namanya.
Sambil menikmati rujak dan kelapa hijau, pemandangan yang tersaji di depan mata juga tak kalah indah lho. Ada hamparan Pulau Klah, Pulau Rubiah, dan Pantai Iboih. Kapan lagi kan bisa menikmati makanan di depan pemandangan nan indah tersebut.
Danau Aneuk Laot
Jam makan siang sudah tiba, waktunya kami menuju destinasi selanjutnya untuk makan siang, sekaligus melaksanakan shalat. Di tempat yang kami tuju ini yaitu Danau Aneuk Laot juga termasuk tempat wisata yang menyediakan aneka makanan laut serta makanan darat khas Sabang. Tempatnya juga sangat asri karena dikelilingi oleh perbukitan di Pulau Weh.
Di sini pengunjung dapat memancing ikan sendiri di kolam pemancingan yang tersedia. Tempat ini menurut saya asik dikunjungi oleh keluarga ketika menghabiskan akhir pekan bersama. Tempatnya yang luas dan fasilitas yang cukup lengkap menurut saya cocok untuk melaksanakan gathering di sini.
Bagian yang paling saya suka adalah Danau Aneuk Laot yang terletak di belakang rumah makan. Danaunya terlihat tenang, dengan air yang berwarna hijau, dan dikelilingi oleh perbukitan. Rasanya tenang sekali ketika berada di sana. Sepertinya kalau sedang galau, bisa banget deh refresing di sini supaya ingat lagi kalau dunia itu indah jadi jangan galau lagi hihi.
Benteng Anoe Itam
Setelah cukup lama berada di Danau Aneuk Laot, kami berempat melanjutkan perjalanan lagi menuju destinasi selanjutnya yaitu Benteng Anoe Itam. Jaraknya sekitar 30 menit dari Danau Aneuk Laot untuk menuju benteng yang letaknya di pinggir pantai ini.
Sepanjang perjalanan menuju ke Benteng Anoe Itam yang merupakan benteng peninggalan Jepang, saya sudah melihat di pinggir jalan ada beberapa bangunan Jepang berupa lorong-lorong menuju bawah tanah. Menurut informasi, dulu saat masih zaman penjajahan, Jepang memang membangun beberapa pertahanannya di sini.
Saat kami sudah tiba di sana, kami melihat sebuah bangunan yang dibuat oleh Jepang berupa lorong ke bawah tanah menuju laut. Sayangnya lorong tersebut sudah ditutup, mungkin karena dianggap membahayakan jika pengunjung berkunjung ke sana.
Selain benteng, juga ada sisa meriam yang memiliki ukuran cukup besar. Terbayang deh kalau dulu meriam ini digunakan, efeknya seperti apa ya?.
Pantai Sumur Tiga
Pantai di Pulau Weh ternyata cukup banyak ya dan lokasinya berdekatan. Dari Benteng Jepang, kami diajak ke Pantai Sumur Tiga. Saya pikir pantainya seperti apa, ternyata di pantai tersebut terdapat tiga buah sumur yang merupakan bangunan tua dan hingga kini airnya masih ada.
Sayangnya waktu saya sudah cukup lelah, sehingga hanya menyaksikan dari atas saja. Pemandangan di pantai ini tak kalah menarik. Terlihat di bawah sana ada beberapa pengunjung terutama anak-anak yang berlarian di sekitar pantai.
Menuju Penginapan
Di Pulau Weh tidak perlu khawatir akan menginap di mana, karena di Kota Sabang terdapat beberapa penginapan yang fasilitasnya sudah seperti hotel. Saat itu karena sudah terlalu sore, akhirnya kami menginap dulu di Penginapan Bu Ade.
Sama seperti di hotel, di sini bisa menambah extra bed jika kurang. Fasilitas seperti air panas, televisi, dan AC juga tersedia. Pagi harinyapun kami mendapat sarapan berupa nasi kuning khas Aceh yang menurut saya cukup enak.
Kuliner Sate Gurita
Dari Penginapan Bu Ade, kami berempat kemudian diajak menuju kuliner malam hari di sebuah rumah makan. Sayangnya waktu itu sedang mati listrik sehingga saya tidak bisa memotret nama rumah makan tersebut, yang pasti di sana menyediakan kuliner enak berupa sate gurita.
Awalnya saya agak ragu untuk mencoba sate gurita karena teringat bentuk gurita seperti apa. Akhirnya saya memesan juga setelah mencoba satu gigit sate gurita yang bertabur bumbu sate padang. Bagaimana rasanya? Enak banget, daging gurita kenyal seperti daging kikil sapi. Bentuk dagingnya juga tidak seperti gurita karena sudah dipotong kecil sehingga tidak nampak menyeramkan. Kalau pergi ke Pulau Weh sepertinya wajib mencoba kuliner ini deh.
Oke itu semua adalah cerita saya mengeksplore beberapa destinasi di Pulau Weh bersama teman-teman. Dari Pulau Weh kami melanjutkan perjalanan kembali ke Banda Aceh keesokan harinya. Sama seperti di Pulau Weh, kami juga hanya mengeksplore Aceh hanya dalam waktu singkat tetapi cukup banyak destinasi yang dapat dikunjungi. Untuk cerita selanjutnya akan saya posting pada tulisan yang berbeda ya.
Herva Yulyanti
evventure
Lena Viyantimala
evventure
Suryani Palamui
evventure
Bisa Ternak
evventure
Rudi Chandra Sambas
evventure
Pingback: Setengah Hari Wisata Religi di Aceh – evventure