Pagi hari, setelah berjuang melawan badai semalaman di Pos 3, akhirnya reda juga meskipun sesekali gerimis masih turun membasahi bumi. Sekitar pukul 6 pagi saya terbangun karena teriakan Deyan dan Devi yang ada di samping tenda. Mereka sepertinya terpukau setelah melihat hamparan indah yang ada di depan tenda. Saat itu saya langsung bangun dan melaksanakan shalat shubuh *siang amat yak* dengan bertayamum di dalam tenda. Sebenarnya ada sumber air di belakang tenda, namun saat saya belum kuat untuk keluar dan berwudhu karena dingin sekali. Setelah selesai, saya dan pak suami langsung keluar tenda untuk bergabung dengan teman-teman yang ada di luar.
Baca tulisan sebelumnya yuk: Pendakian Gunung Sumbing (1): Mangli-Pos 3
Saya terpukau melihat pemandangan yang ada di depan mata, lebih terpukau lagi setelah mengingat kejadian semalam ketika berjuang melawan angin badai dan hujan yang dingin. Pantesan saja tenda terkena terpaan angin yang begitu hebat karena kami mendirikan tenda di lembah di antara bukit. Angin bisa langsung menerpa dengan mudahnya. Apalagi tenda didirikan di punggung bukit pos tiga dengan lahan yang tidak terlalu luas. Syukur alhamdulillah kami semua dapat bertahan dengan selamat.
Tidak ingin menyia-nyiakan pagi yang indah, kami semua langsung mengabadikan diri di sekitar Pos 3. Teman-teman dari Merapi Mountain Community terlihat asik memasak di dalam tenda, sementara saya dan teman lainnya sibuk memotret karena memang belum terlalu lapar.
Mas Jenny kemudian bertanya kepada kami semua apakah mau summit atack Gunung Sumbing ataukah tidak? Saat itu saya dan beberapa orang teman menjawab “tidak” karena mengingat menimbang dan memutuskan cuaca kurang bersahabat. Ketika menengok ke atas bukit yang menuju Pos 4 awan putih berkabut masih terlihat menutupi puncak sehingga kami memutuskan untuk tidak melanjutkan summit. Namun, Mas Jenny lagi-lagi “memanas-manasi” kami karena sayang katanya sudah jauh-jauh ke Magelang tapi tidak melakukan summit attack Gunung Sumbing. Akhirnya dengan pemungutan suara yang merata adil dan seimbang, kami memutuskan untuk melanjutkan langkah ke summit attack Gunung Sumbing. Hanya Mas Ardian dan satu orang rekan dari Merapi Mountain yang stay di Pos 3 untuk menjaga barang-barang dan tenda kami. Aslinya sih dua orang ini sudah khatam ke puncak Gunung Sumbing namun tidak bosan untuk kembali lagi *geleng-geleng kepala*.
Sebelum muncak, kami semua sarapan pagi dulu dengan logistik seadanya. Mbak Weyna yang senang masak beserta logistik yang nikmat itu ada di pos 2, jadi kami hanya memasak seadanya saja yang penting ada sumber energi. Setelah sarapan dan selesai bersiap membawa beberapa perlengkapan untuk summit, kami langsung berangkat dengan berjalan melintasi bukit.
Perjalanan Pos 3 ke Pos 4 Gunung Sumbing
Untuk menuju pos 4, kita harus melintasi dua bukit dengan melewati punggungan dari pos 3. Mungkin karena stamina saya sudah terkuras pada malam sebelumnya, jadi langkah saat itu terasa amat berat ditambah dengan hujan yang turun cukup deras.
Perjalanan menuju pos 4 semakin berat dengan trek yang terus menanjak melewati punggungan. Jarak antara pos 3 ke pos 4 terpaut 358 mdpl dan di pos 4 nanti ketinggian tempat sudah berada pada titik 3005 mdpl.
Teman-teman sudah jauh berada di depan, sementara saya dan pak suami masih jauh tertinggal di belakang. Alon-alon asal kelakon, begitu orang Jawa mengatakan yang artinya pelan-pelan saja yang penting dilaksanakan. Beberapa kali saya duduk beristirahat di jalan sambil menatap arah belakang yang ternyata sudah jauh berada di atas awan.
Kemudian dengan beberapa dorongan semangat yang tersisa, akhirnya saya tiba juga di Pos 4 sementara teman-teman sudah lebih dulu sampai dan berfoto bersama.
Summit Attack Gunung Sumbing
Sewaktu sampai di pos 4, saya langsung menyatakan kepada semua teman-teman untuk tidak melanjutkan langkah menuju puncak. Cukup sampai di pos 4 saja rasanya sudah senang. Tapi lagi-lagi karena “dipanasin” oleh teman-teman, akhirnya saya melanjutkan langkah juga untuk summit attack.
Oh iya seperti apa pos 4? Pos 4 yang berada di ketinggian 3005 mdpl ini areanya lebih luas dari pos 3 untuk camping. Jadi memang awalnya rencana kami ingin camping di pos 4 ini karena sumber air juga masih tersedia. Namun karena semalam badai, jadi kami tidak bisa melanjutkan langkah untuk terus berangkat menuju pos 4.
Oke dengan langkah yang tersisa, saya tetap tertinggal jauh dari teman-teman. Serius deh, rasanya hopeless banget ketika menuju puncak. Kaffie bilang Gunung di Jateng atau Jatim itu memang PHP, disangka sebentar lagi sudah mau sampai puncak, ternyata puncak masih jauh di atas sana.
Ketika melewati Simpang Kawah Gunung Sumbing, saya mengajukan diri untuk beristirahat, sementara teman-teman terus lanjut karena penasaran seperti apa puncak Gunung Sumbing. Di sini saya duduk menyender ke tanaman yang ada di sekitar sambil mengatakan kepada suami untuk stay di sini saja. Namun pak suami mengatakan untuk jangan menyerang karena tanggung sebentar lagi puncak bisa digapai. Akhirnya dengan langkah gontai dan sambil menggerutu, saya mengiyakan diri untuk melangkah lagi.
Watu Lawang sudah berhasil saya lewati. Dari situ saya masih harus jalan menanjak melewati bebatuan. Ternyata dari bebatuan tersebut, saya masih harus naik lagi ke atas. Benar-benar PHP deh nih puncaknya dan meskipun begitu entah kenapa saya masih mau melanjutkan langkah menuju puncak.
Syukur Alhamdulillah setelah beberapa kali kalah dengan ketidak yakinan diri sendiri, saya bisa juga menyampai Puncak Sejati Gunung Sumbing yang berada di ketinggian 3345 mdpl. Yeayyyy summit attack Gunung Sumbing berhasil.
Seperti apa Puncak Sejati ini? Rupanya berupa tumpukan bebatuan dengan area yang tidak terlalu luas. Syukur waktu itu hanya kami saja yang mendaki puncak. Saya sampai bertanya kepada teman-teman, jangan-jangan memang tidak ada pendaki lain yang ke Gunung Sumbing karena selain kami, tidak ada pendaki yang kami temui selama perjalanan tadi.
Bau belerang masih tercium di kawah Gunung Sumbing yang cukup luas. Tenang, gunung ini sudah tidak aktif meski masih mengeluarkan belerang. Secara bergantian kami mengabadikan diri di atas puncak ini sementara yang lain bersembunyi di balik tanaman yang tersisa. Angin masih bertiup kencang sehingga kami tidak bisa berlama-lama di sana, apalagi kami harus segera turun untuk kembali pulang ke Jakarta. Itu sebabnya setelah sekitar kurang dari satu jam di atas puncak, kami langsung turun kembali menuju Pos 3.
Nah, seperti apakah perjalan turun dari summit attack Gunung Sumbing? Saya lanjutkan pada postingan selanjutnya ya karena ada cerita lain ketika melakukan perjalanan turun.
To be Continued….
herva yulyanti
evventure
Nurul dwi larasati
evventure
agugus.com
evventure
Nathalia DP
evventure
Nasirullah Sitam
evventure
Azzuralhi
evventure
Johanes Anggoro
evventure
Orin
evventure
Fanny F Nila
evventure