Ya ampun, nulis lanjutan backpackeran ke Jepang saja sampai lewat bulan, ternyata sudah bulan April saja. Sementara saya ke Jepangnya sudah satu bulan yang lalu. Maklum sedang sok sibuk, jadi terlewatkan deh cerita hari ketiga backpackeran di Jepang. Sayang kalau tidak diceritakan, sehingga saya lanjutkan saja ya cerita di hari ketiga.
Di hari ketiga, tenaga saya sudah mulai tidak terlalu membara seperti di hari pertama. Apalagi di hari ketiga ini saya dan teman sudah harus check out pagi hari sekali soalnya mau langsung kembali ke bandara Haneda setelah keliling sebentar di sekitaran Tokyo. Destinasi yang kami kunjungi saat itu adalah Ueno Park yang memang letaknya bersebelahan dengan stasiun Ueno yang merupakan stasiun terdekat dari hotel tempat kami tinggal. Kemudian kami melanjutkan ke Narita hingga akhirnya kesasar hingga terbawa ke stasiun yang cukup jauh dari Tokyo.
Sasaran kami saat itu adalah mencari bunga sakura dan berikut adalah cerita lengkapnya.
Baca cerita sebelumnya yuk: Backpackeran ke Jepang (Day 1): Kawaguchi Lake
Early Cherry Blossom at Ueno Park
Pagi hari sekali, suhu di sekitar Ueno saat itu berada di angka belasan derajat, namun udara tetap terasa dingin. Dua hari sebelumnya saya memakai jaket tanpa dikaitkan resletingnya, tetapi pagi itu saya tidak kuat sehingga benar-benar menutup jaket supaya tidak kedinginan.
Tujuan kami saat itu adalah hunting bunga sakura dan menurut kami pasti di tempat-tempat tertentu sudah ada bunga sakura yang bermekaran. Soalnya sewaktu ke taman di sekitar Tokyo, ada beberapa pohon sakura yang sudah bermekaran, jadi kami optimis pasti bunga sakura sudah ada di tempat lain.
Karena saat itu masih pagi sekali, saya dan teman menghabiskan waktu hingga pukul 9 pagi waktu setempat di sekitaran taman Ueno saja sambil berharap bunga sakura sudah bermekaran. Taman Ueno letaknya dekat sekali dengan stasiun Ueno. Setelah keluar dari gate stasiun maka kita akan langsung berjumpa dengan taman yang rindang tersebut.
Sambil menggeret koper, kami menyusuri taman Ueno yang pagi itu terlihat sedikit sekali orang yang hilir mudik. Saya mendengar suara burung gagak yang bersahut-sahutan di sekitar taman. Saya sangat kagum dengan orang Jepang, burung gagak dibiarkan bebas berkeliaran di sana, termausk juga bebek yang ada di danau sekitar Tokyo. Kalau di Indonesia sepertinya sudah keburu diambil orang ya?.
Dari tempat burung gagak berada, kemudian kami bertemu dengan perempatan jalan. Apabila mengambil jalan ke kiri, maka akan bertemu dengan bunga sakura yang bermekaran. Wah saya dan teman senang sekali lho melihatnya, langsung deh kami berfoto ria di sana. Tidak hanya kami saja lho, wisatawan lain yang pastinya bukan orang Jepang juga turut berselfie ria dan membuat video di sana.
Bunga sakura yang mekar berwarna pink keputihan dan ada juga yang berwarna merah. Meskipun jumlahnya belum banyak, cukuplah bagi saya untuk menghapus wish list saat berada di Jepang.
Setelah puas mengabadikan bunga sakura yang agak sulit dijangkau karena memang pohonnya terlalu tinggi, kami langsung bergegas menyusuri objek lain di Taman Ueno. Di depan kami ada sebuah gerbang berwarna orange dengan tulisan kanji. Nah, kalau di Jepang, perlu juga berfoto dengan gerbang yang iconic ini.
Dari arah gerbang, kami melanjutkan penelusuran ke arah kuil. Di sekitar kuil sepertinya ada renovasi yang mengharuskan wisatawan untuk tidak masuk ke dalam. Pagar pembatas renovasinya lucu lho bergambar panda sehingga tidak terlihat kalau tempat tersebut sedang direnov.
Sayangnya kuil yang kami tuju sedang tutup, sehingga kami putar arah kembali ke perempatan jalan tadi. Dan memang sudah takdir ya, doa kami diijabah oleh Allah, ternyata bunga sakura ada yang lebih bermekaran lagi di dekat kuil. Kuil itu katanya merupakan kuil untuk dewa alam, saya melihat orang-orang Jepang yang berjalan di sekitar, menyempatkan untuk datang dan menghormati dewanya bahkan dari sejak mereka tiba di Jepang.
Sambil membawa koper, saya dan tempat masuk ke dalam kuil. Untuk menghormati kuil tersebut, pengunjung tidak boleh berisik. Kalaupun ingin berfoto jangan sampai mengganggu orang yang hendak beribadah di sana ya.
Di sekitar kuil, ada bunga sakura yang berwarna pink cantik serta berwarna putih. Selain bunga sakura, ada juga semacam kertas doa yang diikatkan di dekat pohon sakura. Saya jadi ingat kalau orang Jepang memang sering mengabadikan doanya dengan cara tersebut.
Saat itu, cuaca di sekitar Ueno sangat mendung hingga akhirnya hujan pun turun. Saya dan teman bergegas kembali ke Stasiun Ueno untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya ke Narita.
Baca cerita sebelumnya juga yuk: Backpackeran ke Jepang (Day 2): Gala Yuzawa-Shinzuku
Eksotisme Narita
Dari Stasiun Ueno, kami menggunakan Yamamoto Line menuju Hamamatsucho. Di Hamamatsucho, saya dan teman kemudian menyimpan koper di sana dengan cukup membayar ¥600 saja. Senang deh tidak perlu mambawa koper jadi bebas untuk bergerak. Kemudian kami langsung menuju Rapid Line untuk pergi ke Stasiun Narita yang berada di ujung.
Ke Narita, kami menggunakan kereta biasa seperti commuter line Jabodetabek. Terlihat beberapa penumpang sudah prepare membawa payung karena memang diramalkan cuaca akan hujan. Nah, sayangnya saya lupa mengeluarkan payung sehingga tidak membawanya. Saya berharap semoga di Narita tidak hujan.
Di ujung gerbong, saya melihat sebuah payung yang tergantung. Sepertinya payung itu tertinggal tanpa sengaja oleh salah satu penumpang. Oleh penumpang lain dibiarkan saja agar dapat dieksekusi oleh petugas. Saya jadi ingat dengan cerita Om Wilson dan Mbak Vero yang kehilangan paspor saat mereka ke Jepang awal tahun ini. Om Wilson dengan tenangnya tidak khawatir akan paspor yang hilang karena yakin kalau di Jepang itu orang tidak akan berani mengambil barang yang bukan miliknya. Benar saja, Om Wilson berhasil menemukan kembali paspornya setelah menghubungi Lost & Found. Salut deh!.
Oke, akhirnya kami tiba di Stasiun Narita yang terlihat berbeda dari pada stasiun lainnya. Stasiun Narita sangat bersih sekali termasuk ketika kami menginjakkan kaki di luar dan melihat bunga indah yang bermekaran di sekitar stasiun.
Tadinya kami mau langsung jalan ke kuil yang ada di sana, tetapi akhirnya kami memutuskan untuk makan siang dulu supaya tidak kebingungan saat nanti berada di sekitar kuil. Akhirnya kami makan di sebuah kedai yang terlihat menyajikan menu bersahabat bagi traveler seperti kami.
Jauh-jauh ke Jepang, saya tetap memilih nasi goreng untuk menu makan siang. Soalnya kapok jika pesan menu yang tidak dikenal, nanti malah jadi tidak nafsu makan. Sedangkan teman saya memesan menu nasi dengan daging ikan segar. Saya menyicipi menu yang dipesan teman saya tersebut, tetapi cukup deh merasakan sedikit saja. Tetap lebih enak nasi gorengnya hehe.
Setelah selesai makan, kami langsung menuju jalanan tempat kuil berada. Saat itu hujan turun cukup deras, ramalan cuaca di Jepang benar-benar terjadi. Saya nyesel tidak membawa payung sehingga akhirnya saya dan teman berteduh di sebuah toko oleh-oleh sambil menunggu hujan reda. Tidak banyak yang saya beli di sana karena memang saya hanya mengincar pernak-pernik saja untuk dibawa pulang. Soalnya saya memang tidak ingin menambah barang bawaan sehingga cukup pernak-pernik saja yang dibeli.
Hujan sudah reda, kami melanjutkan perjalanan lagi. Di tengah jalan, kami membeli kue yang saya lupa apa namanya. Kue tersebut berisi kacang merah dan disajikan hangat. Rasanya bagaimana? Rasanya enak, gurih mentega disertai dengan manisnya kacang merah. Serius deh saya nyesel tidak membeli banyak. Soalnya waktu itu masih kenyang, jadi saya dan teman hanya membeli satu saja.
Narita ternyata berupa kota tuanya Jepang, seperti kota tua di Jakarta. Bangunan tua bergaya asli Jepang di sepanjang jalan Narita tetap dipertahankan keasliannya. Rasa khas Jepang juga semakin kentara ketika saya melihat dua orang gadis menggunakan kimono dengan payung transparan.
Akhirnya, kuil yang dituju tiba juga, saya lupa nama kuilnya apa, yang jelas kuil besar yang terletak di Narita. Banyak kok wisatawan yang datang ke sini untuk mengunjungi kuil.
Kuil ini terdiri dari dua tingkatan. Tingkat pertama berupa gerbang masuk masuk yang di sekitarnya terdapat kolam berisi kura-kura. Saya melihat banyak koin di dalam kolam tersebut, sepertinya itu merupakan kolam doa setelah melemparkan koin di sana.
Kemudian di tingkat kedua terdapat kuil tempat orang-orang berdoa. Di dekatnya terdapat stupa besar untuk digunakan orang yang hendak beribadah. Bagi wisatawan lain yang tidak berdoa, bisa melihat pagoda berwarna merah yang berada di sebelah kanan. Ternyata pagoda ini juga merupakan kuil, tetapi saya tidak tau dewa apa yang ada di kuil tersebut.
Dari arah pagoda, terdapat jalan menuju ke sebuah taman yang ternyata semua pohon sakuranya sudah berbunga. Tadi di Ueno kami sempat ngatri untuk foto bunga sakura, ternyata di Narita malah lebih banyak lagi. Sayangnya saya dan teman tidak bisa terlalu lama di sana karena hujan kembali turun lebat dan mengharuskan kami untuk kembali ke stasiun.
Setibanya di stasiun Narita, kami langsung bergegas untuk naik kereta yang sudah tersedia. Di sana kami bertemu dengan orang Indonesia yang baru bekerja sebulan di Narita. Dia baru saja lulus dari kuliah di daerah Jambi. Waktu itu kami lupa menanyakan namanya. Dari cerita yang dia sampaikan sepertinya dia lonely di sekitar Narita karena memang jauh dari orang-orang Indonesia lainnya yang kebanyakan berada di Tokyo. Tetapi seminggu sekali, dia pergi ke Tokyo untuk bergabung dengan teman-teman di Kedutaan Besar Republik Indonesia sehingga merasa tidak sendiri deh.
Kami sempat menyemangatinya karena menurut kami bekerja di negeri orang itu keren lho. Apalagi di Jepang, pasti susah sekali kan proses seleksinya. Dan menurut ceritanya, dia hendak membawa istri untuk menemaninya di Jepang. Mungkin dalam waktu hitungan setahun akan segera memboyong istri dari Indonesia. Semoga rencananya tercapai ya.
Selepas si masnya turun di stasiun yang masih dekat dari Narita, kami berdua langsung melaksanakan shalat zhuhur jamak qasar ashar. Maklum musafir, jadi bisa memungkinkan shalat di dalam kereta. Setelah itu, entah apakah kami berdua kelelahan atau memang kurang fokus, ternyata kami kesasar hingga ke ujung stasiun yang sangat jauh dari Tokyo melewati Yokohama.
Pantas saja, kok stasiunnya semakin lama seperti berada di pedesaan, bukan ke arah perkotaan. Sehingga kami terlewat jauh dan segera pindah kereta menuju Tokyo. Kami berdua langsung mengecek google map danmelihat kalau stasiun Tokyo terpaut bebera stasiun.
Oleh karena kami kesasar, akhirnya rencana untuk keliling di Hamamatsucho akhirnya dibatalkan. Dari stasiun Tokyo, kami langsung menju Hamamatsucho. Di sana kami kulineran saja dengan memakan ramen yang ada di dalam stasiun serta membeli kue untuk dimakan saat berada di bandara Haneda nantinya.
Demikianlah cerita petualangan di Jepang selama tiga hari. Sebenarnya masih kurang puas, namun apa daya budget terbatas. Bagi teman-teman yang ingin backpackeran sendiri ke Jepang bisa banget pastinya. Soalnya di sana transportasinya tersedia sehingga insyaaAllah tidak akan nyasar asalkan tidak bengong seperti kami hehe. Demikian penutup cerita rangkaian ke Jepang dari Ueno Park ke Narita. Semoga bisa kembali lagi ke Jepang dalam waktu dekat. Aamiin.
Baca: Itinerary Backpackeran ke Jepang
uni dzalika
evventure
wisnutri
evventure
Fanny Fristhika Nila
evventure
dinilint
evventure
Liana
evventure
Liana
Dee Rahma
evventure