Dulu, saya tidak pernah bosan jika ada teman yang mengajak untuk pergi ke Gunung Kelud. Selain karena saya memang penyuka gunung, menghabiskan waktu di akhir pekan untuk trekking kecil di Gunung Kelud bagi saya adalah suatu hal yang worth it. Itulah yang saya lakukan ketika dulu saat zaman masih βmudaβ masih bekerja di Kediri Jawa Timur. Saking seringnya saya pergi ke gunung yang sudah tidak memiliki bentuk sempurna tersebut, saya jadi tau lho bentuk perubahan Gunung Kelud mulai dari tahun 2007 hingga saat ini.
Dulu, gunung tersebut memiliki danau dengan air berwarna hijau yang sering dijadikan tempat bagi masyarakat sekitar untuk melakukan upacara larung sesaji. Saya beruntung sekali karena pada tanggal 9 September 2007 masih bisa melihat upacara larung sesaji. Saat itu di kawah Gunung Kelud yang berbentuk danau dengan air berwarna hijau tampak ramai dipadati oleh masyarakat yang melaksanakan upacara larung sesaji. Perangkat daerah juga terlihat bersama masyarakat melaksanakan adat yang sudah dilaksanakan secara turun-temurun tersebut.
Nah, ada satu hal yang saya ingat saat berdiri di tepi danau hijau. Saat itu saya melihat air di danau menggelembung seperti air yang sedang mendidih. Melihat hal tersebut, saya tidak jadi untuk merasakan air yang ada di danau, apalagi bau belerang juga tercium di sekitar danau. Akhirnya saya memilih untuk mengabadikan moment upacara larung sesaji saja.
Beberapa hari kemudian (jika saya tidak salah ingat) diberitakan kalau Gunung Kelud meletus kecil. Danau hijau yang dulunya menjadi tempat larung sesaji tidak ada lagi, berganti menjadi sebuah gundukan material vulkanik yang disebut sebagai Anak Gunung Kelud. Teman kantor waktu itu sampai mengatakan seperti ini: βgara-gara evrina ke sana sih, jadinya meletus dehβ. Memang momentnya pas sekali, setelah saya menyaksikan larung sesaji tiba-tiba gunung tersebut meletus beberapa hari setelahnya. Sepertinya air danau yang mendidih menjadi pertanda Kelud akan mengeluarkan material vulkaniknya.
Hingga akhirnya di tahun 2014, gunung yang terkenal dengan kabutnya itu benar-benar meletus. Saat itu saya sudah tidak berada di Pare, Kediri lagi. Saya bertekad suatu hari harus ke Gunung Kelud lagi untuk melihat bagaimana bentuknya sekarang dan syukur alhamdulillah di awal bulan Desember 2017 kemarin, saya bisa ke sana lagi.
Baca ini yuk: Nostalgia Sambil Wisata di Kediri
Wisata ke Gunung Kelud Saat Ini
Seingat saya untuk menuju ke Kelud cukup jauh dari arah Pare. Tetapi saat kemarin pergi ke sana lagi ternyata jaraknya cukup dekat juga ya, hanya sekitar satu jam saja rasanya saya dan teman yang mengantar sudah sampai di pintu gerbang Kelud.
Tiga tahun sejak letusan yang mengubah bentuk gunung dan juga vegetasi di sekitar terlihat sudah tidak terlalu kelihatan. Bahkan di kiri jalan sebelum sampai ke parkiran terakhir, ada sebuah tempat wisata baru yaitu Taman Agro Margomulyo. Itu tandanya kehidupan di sekitar Gunung Kelud sudah kembali normal. Saya makin penasaran, seperti apa keadaan di atas sana.
Mobil yang kami tumpangi akhirnya sampai juga di parkiran terakhir karena jalanan tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat kecuali kendaraan proyek yang memang mendapatkan izin khusus. Dari parkiran, kami harus naik ojeg lagi untuk menuju ke titik selanjutnya dengan cukup membayar Rp. 5000,- per orang saja.
Setelah tiba di parkiran terakhir yang menjadi tempat titik penghentian ojeg, kami harus berjalan ke atas menuju puncak Gunung Kelud. Dulu, dari arah tempat penghentian tersebut ada sebuah pemandian air panas di sebelah kanan. Untuk menuju lokasi tersebut, pengunjung harus turun ke bawah melewati tangga. Sayangnya lokasi tersebut sudah tidak ada, terkubur oleh material vulkanik saat Kelud meletus di tahun 2014 lalu.
Jika mengacu pada kondisi dulu saat belum meletus, dari titik penghentian ke puncak sebenarnya masih sangat jauh. Namun karena memang tidak diperbolehkan ada kendaraan ke atas, jadi para pengunjung diharuskan berjalan apabila ingin pergi ke atas lagi.
Akhirnya setelah melewati jalan aspal yang terlihat masih cukup bagus kondisinya, kami sampai juga di titik terakhir tempat pengunjung boleh berada di area Gunung Kelud. Areanya tidak terlalu luas berupa hamparan pasir dan kerikil tanpa vegetasi di sekitarnya. Terbayang dong ya bagaimana panasnya jika berada di sana siang hari.
Di depan tempat kami berada terdapat gerbang penghalang yang melarang pengunjung untuk melewatinya. Padahal di sana terlihat sekali eksotisme Gunung Kelud karena punggungannya masih berupa pasir tanpa vegetasi. Ya sudah, karena hanya diperbolehkan sampai di sana saja, saya kemudian mengabadikan dan menikmati suasana di atas Gunung Kelud.
Kami tidak terlalu lama berada di atas, maklum masing-masing membawa anak sehingga kasihan jika terlalu lama kepanasan di atas. Kami langsung berjalan turun menuju parkiran. Sebelum melanjutkan perjalanan ke wisata selanjutnya, kami makan siang dulu di area parkiran. Makanannya sangat murah menurut saya dan jangan lupa untuk membeli nanas Kelud yang rasanya manis sekali plus murah harganya.
Baca ini juga ya: 8 Destinasi Wisata di Blitar yang Dapat Dikunjungi dalam Satu Hari
Taman Agro Margomulyo
Taman Agro Margomulyo merupakan taman bunga yang cocok untuk dijadikan tempat piknik bersama keluarga setelah lelah trekking dari Gunung Kelud. Taman ini dikelola oleh perusahaan daerah Perkebunan Margomulyo. Untuk masuk ke sana pengunjung cukup membayar tiket sebesar Rp. 5000,- per orang saja. Murah kan?.
Di sini jangan takut jika ingin berfoto dengan bunga karena disediakan area khusus untuk berfoto di area taman. Saya menyebutnya sebagai area selfie yang dilegalkan karena memang diperbolehkan. Walaupun sudah diperbolehkan, pengunjung tetap harus menjaga agar tanaman tidak rusak ya.
Selain taman bunga, juga tersedia area untuk leyeh-leyeh di taman hammock dan juga gajebo yang semuanya gratis. Nah, bagi yang sedang berbunga-bunga, juga disediakan background untuk berfoto ria lho.
Oke akhirnya jalan-jalan di Kediri selesai sudah diakhiri dengan mengunjungi wisata ke Gunung Kelud. Saya mau kasih saran nih, kalau pergi ke Gunung Keludnya bersama teman dan sedang tidak membawa anak-anak, lebih baik ke sananya saat sunset saja untuk mendapatkan pemandangan Kelud yang memukau. Terus kapan lagi dong ke Gunung Keludnya? Mungkin nanti jika gerbangnya sudah dibuka kembali. Saat ini rasa penasaran saya sudah terbayarkan dengan melihat sendiri kondisi Gunung Kelud terkini. Sampai jumpa lagi ya Kelud, semoga saya bisa ke sana lagi.
Herva Yulyanti
evventure
Adelina Tampubolon
evventure
wisnutri
evventure
Idah Ceris
evventure
zahra
evventure
Beautyasti1
evventure
Titim Nuraini
evventure
Titim Nuraini
evventure
Kemana-lagi
evventure
Anggara W. Prasetya
evventure