Akhirnya kami tiba juga di Base Camp Gunung Putri. Suasana saat itu cukup dingin ditambah dengan hujan yang lebat. Kami langsung melakukan repacking dan melengkapi diri dengan jas hujan lengkap. Saya menganjurkan agar teman-teman menggunakan jas hujan lengkap (kalau bisa jas hujan baju dan celana) agar pakaian yang kita gunakan tidak basah yang membuat kita kedinginan. Sebagian teman-teman tim Elang kemarin menggunakan jas hujan plastic yang tentunya kurang save menurut saya dan itu benar adanya lho karena teman-teman saya kemarin mengalami kedinginan. Baju mereka basah karena air hujan menembus dari plastic yang digunakan. Kemudian lindungi seluruh tubuh termasuk kepala dari air hujan. Hanya yang merasa ahli saja seperti Syam yang sengaja membiarkan kepalanya terkena air hujan langsung. Untungnya Syam memang kuat, buat kita-kita yang tak bisa seperti Syam ya jangan ikut-ikutan, nanti malah spaneng.
Okay persiapan sudah selesai, peralatan mendaki sudah lengkap. Barang berharga seperti kamera dan smartphone sudah dimasukkan ke dalam plastic agar tidak terkena air hujan. Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB di smart watch yang saya gunakan. Tanjakan pertama via Gunung Putri sudah menunggu, ayo segera kita jalan.

Tiba di Base camp awal Gunung Putri

Melakukan persiapan

Gunung Gede via Gunung Putri

Tanjakan Pertama
Normalnya kita bisa sampai Alun-Alun Surya Kencana melalui Gunung Putri itu setelah mendaki melewati 5 pos selama 6 jam. Tapi saya tau diri, saya ini pendaki keong yang punya prinsip slow but sure, pasti deh lebih dari 6 jam, so harus siap-siap tenaga. Jangan lupa madu, coklat atau makanan manis lainnya tetap dikonsumsi selama mendaki agar kalori dan protein tubuh tetap terjaga.
Kami berjalan menyusuri kebun sayur milik masyarakat. Kebanyakan yang ditanam di sini adalah brokoli, saun bawang, kol, wortel dan pakcoy. Setelah beberapa meter dari base camp, kamipun tiba di pos pemeriksaan Simaksi. Berkas fotokopi KTP dan surat dokter diperiksa di pos ini. Jadi pastikan ya berkas tersebut dibawa agar kita bisa melanjutkan perjalanan. Tak memakan waktu cukup lama, akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

Kebun milik warga

Pos Pemeriksaan

Pemeriksaan simaksi
Gunung Putri terlihat berdiri tegak di depan kami, yang jelas dia sangat tinggi dan diselimuti vegetasi yang lebat. Gunung Gede tidak terlihat, dia ada dibalik Gunung Putri dan lebih tinggi lagi. Jalur Gunung Putri pada awalnya terlihat jelas dengan jalan berbatu yang sudah dibuat oleh pihak Taman Nasional. Kami beberapa kali istirahat untuk memulihkan tenaga di tengah derasnya hujan. Vegetasi yang ada di gunung ini sangat lebat, hal ini membuat suasana siang itu terlihat suram dan gelap. Kalau tidak bergerak lebih cepat maka kita bisa kemalaman di jalan.
Akhirnya kami tiba di pos satu. Di pos ini terlihat sebuat gapura selamat datang bagi para pendaki. Gapura ini terlihat tak terawatt dan saya melihatnya seperti hendak masuk ke makam (saya mengucapkan di dalam hati, tak berani bicara ke teman-teman). Apalagi tempat istirahat di pos 1 yang sepi dan basah. Kami memanfaatkan waktu untuk mengisi perut dengan makanan manis yang dibawa. Oke mari kita lanjutkan lagi.

Perjalanan via Gunung Putri

Gunung Putri terlihat di depan

Gapura selamat datang

Syam terlihat beristirahat

Selamat Datang
Perjalanan dari pos satu ke pos dua tidak terlalu lama karena jaraknya cukup dekat. Begitu juga dari pos dua menuju pos tiga. Bisa dibilang pos satu ke pos tiga tantangan belum terlalu berat karena jalanan yang harus kita lewati cukup rapih dan tidak terlalu menguras tenaga. Hanya dingin saja yang cukup menusuk jika kita terlalu lama diam di tempat.

Melanjutkan perjalanan ke pos 2

pos 2, rasanya gimana gitu
Setibanya di pos tiga kami rehat sejenak untuk melakukan shalat dan mengisi tenaga karena tantangan sesungguhnya sudah dimulai. Jarak dari pos tiga ke pos empat cukup jauh dan jalanannya juga sudah mulai membuat kita agak memanjat meskipun tidak perlu menggunakan dua tangan seperti halnya di Merbabu atau Cikuray. Kami masih sempat mengabadikan diri di sini dan sepakat untuk makan di pos empat. Di pos empat nanti ada yang jualan, so tak perlu khawatir jika takut terkena lapar atau dingin. Kita bisa menghangatkan tubuh di pos empat.

tiba di pos 3

kita shalat dulu
Saya tidak terlalu mengingat perjalanan ke pos empat. Yang saya tau jaraknya panjang menajak terus tanpa bonus jalanan mendatar sehingga memmbuat saya beberapa kali istirahat. Akhirnya kamipun terpisah menjadi tiga kelompok, kelompok pertama terdiri dari lima orang (Kamil, Wahyu, Iqbal, Dwi, Lita) yang sudah jalan lebih dulu karena tenaga mereka lebih kuat, kelompok kedua terdiri dari saya, Fendy dan Ka Yiyi yang slow but sure itu, dan kelompok ketiga terdiri dari Mbak Weyna dan Syam yang berinisiatif jadi tim penyisir.
Alhamdulillah pos empat yang dinanti sudah ada di depan mata, Di pos ini sudah ramai para pendaki yang menghangatkan tubuh. Kamil mempersilahkan saya, Fendy dan Ka Yiyi untuk makan dan menghangatkan tubuh pada bivak pedagang yang ada di pos empat. Saya kemudian memesan mi rebus instant dan memakan dua buang gorengan. Harga mi rebus instant di sini sebesar Rp. 15.000,- dan satu buah gorengan dihargai dengan Rp. 2000,-. Maklum penjualnya harus bersusah payah ke pos empat jadi wajar apabila harganya agak mahal.
Kemudian Wahyu, Lita, Iqbal dan Dwi melanjutkan perjalanan lebih dulu karena mereka sudah tidak kuat dengan dingin. Itu terjad karena mereka tidak menggunakan jas hujan lengkap sehingga air hujan tembus ke dalam pakaian yang digunakan. Kamil dan Fendy berinisiatif untuk menunggu Mbak Weyna dan Syam yang masih belum tiba. Saya dan Ka Yiyi kemudian melanjutkan perjalanan kembali setelah memasang headlamp karena suasana muali gelap. Belakangan kami mengetahui bahwa Mbak Weyna tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan dan memilih untuk turun kembali ke base camp.
Itu adalah pilihan yang cerdas, sebaiknya bagi teman-teman yang memang sudah tidak kuat jangan memaksakan diri karena akan merugikan diri sendiri dan menyusahkan teman. Saya mengetahui hal itu karena ketika di pos empat ada sekelompok pendaki yang tertahan di pos empat akibat salah satu anggotanya kemudian meracau tidak jelas. Carriernya pun hilang entah dimana. Oleh ketua timnya dia dibawa kemabli turun ke base camp sambil memperingati agar tidak memaksakan diri. Dia berpesan jika tidak kuat lebih baik dirikan tenda di Gunung Putri saja karena suhu sudah semakin dingin dan cuaca mulai gelap. Oke kami ikuti sarannya, jika tidak kuat sebaiknya berhenti saja, daripada sakit dan merugikan orang lain.
Saya dan Ka Yiyi akhirnya melanjutkan perjalanan, sementara Syam, Kamil dan Fendy menyusul belakangan. Benar saja jarak dari pos empat ke pos lima sangat jauh dengan trek naik yang kadang membuat bingung karena ada percabangan. Suasana masih hujan deras dan suasana sangat gelap. Tanpa headlamp, teman-teman akan kesulitan untuk melangkah. Saya sudah mulai kedinginan karena baju mulai basah lantaran air hujan sudah mulai menembus jas hujan. Bayangkan sejak siang tadi hingga menjelang pukul 6 sore, kami diselumiti hujan terus. Jadi wajar saja apabila pakaian mulai basah karena air yang menembus jas hujan. Saya mulai goyah semangatnya dan sangat berharap agar pos lima segera terlihat karena sudah tidak kuat dengan dingin yang merasuk ke dalam tubuh. Sambil beristigfar, saya terus melanjutkan perjalanan karena pilihannya Cuma satu: Pos lima atau kedinginan?.
Akhirnya di tengah-tengah gelap dan deraian air hujan, terlihat sebuah tenda bivak milik seorang pedagang. Wah Alhamdulillah masih ada pedagang di pos lima. Saya langsung memesan teh hangat untuk menghangatkan tangah yang mulai putih keriput serta menghangatkan tubuh yang menggigil. Secara bergantian saya dan Ka Yiyi mengeluarkan jaket gunung dari carrier dan menggunakannya untuk menghangatkan tubuh. Cara ini cukup membuat kami hangat. Kami kemudian bertanya berapa jarak yang harus ditempuh hingga sampai ke Surya Kencana (Surken), pedagang tersebut kemudian mengatakan hanya 1 km saja kita sudah tiba di Surken. Mendengat kalimat tersebut, saya dan Ka Yiyi kemudian semangat kembali untuk melanjutkan perjalanan.
Meskipun jaraknya sanya 1 km saja, tapi ternyata tak semudah bayangannya lho. Trek ke Surken dari pos lima lebih dasyat dengan jalan yang terus menanjak. Supaya tidak kehilangan arah maka ikuti terus jalan berbatu. Kalaupun tidak terlihat jalan berbatu, maka cari bekas bongkahan batu yang ada di sekitar trek.

pintu menuju surya kencana, diambil pagi hari

pagi hari di surya kencana, masih basah air hujan

tenda kami masih agak jauh dari surya kencana
Akhirnya saya senang sekali karena terlihat tenda di beberapa titik, itu artinya kami telah tiba di Surken. Kami berdua langsung teriak mencari tim pertama. Rupanya mereka cukup dekat dengan pintu awal Surken. Mereka sudah menyediakan space untuk kami mendirikan tenda. Tanpa pikir panjang, saya dan Ka Yiyi langsung memasang tenda dan segera menghangatkan diri di dalamnya. Dua tim sudah tiba di Surken, lalu bagaimana dengan tim selanjutnya ya. Semoga mereka baik-baik saja. Kami berpikir tak mungkin mereka bisa sampai Surken sementara hari sudah mulai gelap dan dingin. Saya saja baru sampai Surken jam 8 malam, jika mereka tetap memaksakan naik ke Surken maka bisa sampai jam 9 lewat.
Kemudian kamipun tau kalau tim ketiga ternyata membuat tenda di pos lima karena sudah terlalu malam jika memaksakan diri melanjutkan perjalanan ke Surken. Kami bertemu keesokan harinya untuk kemudian melanjutkan perjalanan menikmati indahnya Surya Kencana dan Summit Attack di Gunung Gede.
Cerita berlanjut di postingan berikutnya.

Alun-alun Surya Kencana
Catatan:
- Kalau tidak kuat melanjutkan pendakian sebaiknya segera turun saja jangan memaksakan diri karena akan berbahaya
- Gunakan jas hujan lengkap agar pakaian tidak basah dan terhindar dari hipotermia
- Pedangan yang berjualan di jalur Gunung putrid ada di pos 4 dan 5, di sini kita menghangatkan tubuh
- Harga mi rebus Rp. 15.000, gorengan Rp. 2000, teh hangat Rp 4000,-
- Jalur Gunung Putri memang lebih pendek dari pada jalur Cibodas, hanya saja treknya lebih curam dan penuh dengan vegetasi pepohonan sehingga kadang membuat kita bosan melakukan pendakian karena pemandangannya hanya pepohonan lebat saja, sementara apabila melalui jalur Cibodas akan banyak ditemukan pemandangan yang indah seperti air terjun, air panas dan bunga terompet
- Boleh percaya boleh tidak, tapi ini benar dialami oleh tim terakhir. Sewaktu melewati pos 4 ke pos 5, tim terakhir mendapatkan lemparan batu dari atas padahal di atas tidak ada pendaki yang cukup dekat. Jarak tim ke dua dan tiga juga cukup jauh. Makanya kalau sedang berada di hutan seperti ini harus banyak berdoa ya
momtraveler
evrinasp
Hidayah Sulistyowati
evrinasp
Lusi
evrinasp
diah siregar
evrinasp
fitrianita
evrinasp
dwina
evrinasp
Annisa Arif Rizqiani
evrinasp
Dwi Puspita Nurmalinda
evrinasp
awen
evrinasp
ulu
evrinasp
Nindya Prayastika
evrinasp
Suzy
evrinasp
Harry
evrinasp
Rohma Azha
evrinasp
katalog ibu
evrinasp
Anne Adzkia
evrinasp
Wikimodis
evrinasp
Sie-Thi Nurjanah
evrinasp
Sultan
evrinasp