Berburu Senja di Labuan Bajo

labuan-bajoTulisan ini sebenarnya merupakan sambungan cerita dari Conservacation Sobat Air ADES yang sebelumnya sudah saya ceritakan di evrinasp.com. Jadi, setelah melakukan program inti yaitu konservasi di kawasan Desa Deno, Kecamatan Pocoranaka, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), saya beserta rombongan ADES Indonesia bertolak ke Labuan Bajo untuk melanjutkan program selanjutnya yaitu: vacation *yeeaaaay.

Sebelumnya ada rasa haru saat berpisah dengan masyarakat di Desa Deno, terutama Kak Eci yang menjadi pendamping saya selama dua hari di sana dan juga Bapak Lauren. Kak Eci sampai menangis lho saat saya pamitan, padahal kami hanya dua hari saja bersama-samanya. Itu berarti memang masyarakat di sana memang benar-benar membuka hati sekali untuk para tamu yang datang.

Setelah berpamitan dengan seluruh panitia dan sebagian masyarakat Desa Deno, kami langsung bertolak menuju Ruteng dengan jarak tempuh 3 jam. Lalu istirahat sejenak di sana untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi ke Labuan Bajo. Berikut cerita lebih lengkapnya.

Baca ini yuk: Menabung Air di Embung Cinta Tesabela

Mampir di Sawah Jaring Laba-Laba

rutengPerjalanan dari Pocoranaka ke Ruteng ditempuh dengan jarak waktu 3 jam lamanya. Kondisi jalan yang berliku-liku membuat saya memilih untuk tidur saja meski goncangan akibat jalan yang rusak terjadi di sana-sini. Sejujurnya saya ngantuk berat karena acara sebelumnya yaitu cultural festival berlangsung hingga jam 12 malam sehingga saya sangat kurang tidur sekali.

Saya hanya bangun ketika rombongan mobil berhenti di suatu tempat untuk numpang ke toilet. Sambil melemaskan diri, paling saya dan teman-teman numpang foto-foto saja di sana.

Perjalanan pun lanjut kembali, tak berapa lama kami sudah tiba di Ruteng untuk beristirahat dan mengatur pembagian kendaraan. Saya menikmati moment ini karena ada teman yang membeli gorengan yang sangat dinantikan. Sueeer deh selama di desa Deno saya kangen gorengan sebab di sana jarang ada. Jauh-jauh ke Manggarai Timur ternyata masih sempat ngemil gorengan juga haha.

Oke perjalanan kami dilanjutkan kembali. Dari Ruteng kami harus melalui jalan yang terus menanjak berliku menuju Labuan bajo. Bedanya adalah di jalan ini lebih rapih dan mulus tidak rusak seperti saat ke Desa Deno. Berkat itu, saya sukses untuk tidur saja saking ngantuknya.

rutengSaya lupa entah berapa lama waktu tempuh saat itu, tiba-tiba rombongan mobil sudah ada di jalan datar yang panjang lurus dengan pemandangan menakjubkan yaitu di kiri-kanannya terbentang lahan sawah nan hijau. Indah banget pokoknya, dan saya kagum dengan kekompaka para petani yang menanam padi demikian luasnya tanpa ada perbedaan komoditas lain sedikitpun.

Hingga akhirnya kami berhenti pada suatu titik yang merupakan tempat sawah berbentuk jarring laba-laba. Sayangnya kami tidak melihatnya dari atas, hanya melihat dari pinggir jalan saja. Tetapi bentuk bulat ala sarang laba-laba sudah terlihat di sana.

sawah-jaring-laba-labaDari lokasi sawah laba-laba, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju hotel Luwansa Beach Resort tempat kami akan menginap. Panitia hanya memberikan waktu sebentar saja karena kami akan berburu senja di Labuan Bajo.

Berburu Senja di Labuan Bajo Ā 

Bis penjemputan sudah menanti di hotel tempat kami menginap. Kami langsung masuk karena senja sudah muncul sehingga kami harus bergegas. Menurut cerita dari guide yang memimpin saat itu, Labuan Bajo merupakan gabungan dari dua kata yaitu Labuan berarti pelabuhan dan Bajo merupakan arti dari kata nelayan *CMIIW. Makanya di pinggir jalan terlihat banyak perahu nelayan yang bersandar di bibir pelabuhan.

labuan-bajoTak berapa lama, kami sampai di tempat perburuan senja yang berbentuk bukit. Sayangnya bukit tersebut sangat gersang menurut saya. Itu disebabkan oleh musim kemarau yang membuat rumput di seluruh bukit menjadi coklat gersang.

Bersama teman, saya mencoba naik ke salah satu bukit tersebut yang tidak terlalu tinggi. Di atas sana pemandangan cukup menakjubkan ditambah dengan semilir angin yang bertiup dari arah laut.

labuan-bajo

Sayangnya pemandangan yang indah tersebut mesti tercoret akibat adanya beberapa tumpukan botol bekas air minum. Mengapa orang-orang yang naik ke sini tidak membawanya turun ya? kalau semuanya melakukan hal tersebut, maka sampah botol tersebut bisa menumpuk di atas atau jatuh ke bawah yang dapat mencemari keindahan. Jangan contoh hal tersebut ya teman-teman.

Kami tidak berlama-lama di sana dan langsung kembali menuju ke sebuah restaurant untuk makan malam. Setelah makan malam, kami langsung diantar menuju hotel untuk beristirahat lalu besoknya harus sudah bangun pagi sekali sebab kami akan melakukan one day trip Labuan Bajo. Saya akan menceritakan pada postingan selanjutnya ya.

4 Comments

  1. wisnu tri

    Reply

    Ternyata masih sama saja. Dibalik keindahan alam yang ditawarkan, masih banyak orang-orang tak bertanggung jawab yang dengan mudahnya mengotori tempat wisata dengan sampah-sampah seperti ini. Sayang banget šŸ™

  2. Reply

    Bukitnya memang lagi gersang-gersangnya ya kak. Kayak habis kebakaran juga keliatan fotonya. Tapi isntagramble juga šŸ™‚

  3. Reply

    Memang ya ternyata gorengan itu penganan paling disukai dimana-mana di Indonesia hehehe ?

    Kutunggu cerita menariknya one day trip di Labuan Bajo, kak …, pasti menarik banget cerita pengalamannya.

  4. Pingback: Begini Serunya One Day Trip ke Tiga Pulau di Labuan Bajo – evventure

Leave a Reply to Himawan Sant Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *