“Eh udah pagi, sunrise-sunrise jangan sampe kelewatan”
Kali ini giliran Mbak Weyna yang bersemangat bangun paling awal di tenda wanita. Saya mulai tersadar dan menengok rekan di sebelah saya Lita dan Mbak Renta yang masih tertidur. Saya tidak kuat untuk bangun karena memang masih pegal-pegal. Saya menunggu Lita bangun untuk membantu saya bangun dalam posisi duduk. Di luar sana memang sudah agak ramai. Iqbal, Ka yiyi, Reza dan duo nge-nge terdengar sudah bersuara di luar. Lita akhirnya bagun dan membantu saya untuk duduk.
Mbak Weyna sudah semangat di luar. Saya akhirnya keluar dari kandang juga, diikuti Lita dan Mbak Renta. Wuihhh Ranu Kumbolo masih berkabut, kesannya seperti di negeri lain bukan di Indonesia. Negeri seperti di film macam Narnia atau Harry Potter. Keren deh pokoknya.
“Gorengan-gorengan…..”
Eh ada gorengan, ternyata di bapak porter yang membantu membawakan tenda kami ini membawa nasi dan gorengan. Langsung deh diserbu oleh kami dan beberapa pendaki lainnya. Harga gorengan Rp. 3000,- per buah dan nasinya berapa ya saya lupa Rp. 10.000,- kali ya karena lengkap dengan mie da telur. Air minum seukuran 600 ml saja harganya Rp. 10.000,- ini sebanding lho dengan jarak tempuh bapak ibu yang membawa makanan dan minuman itu. Air minum laku keras, saya sampai tidak kebagian. Masih ada sih stok air minum yang diambil dari sumber air asli di Kalimati. Airnya nikmat lho, fresh from the oven eh from mountain directly. Saya jadi ingat obrolan semalam dengan Lita, Mbak Weyna dan Mbak Renta, kami sudah rindu rumah. Rindunya itu sama kamar mandi karena memang sudah berhari-hari tidak mandi, juga sama yang namanya makanan enak hehe. Kalau saya sangat kangen dengan yang namanya jus buah, butuh banget deh serat setelah berhari-hari makan keringan terus.
“Sudah selesai makan semuakan? Jam 7 kita berangkat ya” begitu Reza mengatakan. Itu adalah rencana. Realnya baru jam 8 lewat kita berangkat untuk kembali ke Ranu Pani. Moment yang sebentar ini kami habiskan untuk kembali mengabadikan diri melalui foto di surganya Semeru ini. kapan lagi coba bisa begini, menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan. Subhanallah.
Sudah jam 8 lewat, tim elang yang tersisa harus sudah berangkat karena Mbak Nur dan Mbak Agustina yang sudah lebih dulu berangkat ke Ranu Pani kemarin sudah menunggu. Hebat banget lho Mbak Nur, Mbak Agustina, Mbak Yunita, Aris dan Rizqi sudah lebih dulu kembali kemarin langsung dari Kalimati. Padahal mereka baru saja summit pagi harinya. Saya ‘gak kebayang deh gimana kekuatan mereka. Karena saya sendiri merasakan capenya bukan main. Hah ya sudah ayo kita mulai berangkat. Samsudin sudah membagi barang-barang bawaan. Barang-barang yang dibagi ini meruakan sampah yang kami hasikan selama mendaki.
Kali ini kita kembali ke Ranu Pani melalui jalur Ayak-Ayak untuk mengejar waktu karena jam 5 nanti kami harus sudah naik kereta Matarmaja menuju Jakarta. Ranu Pani via Ayak-Ayak ini jalurnya lebih dekat ke Ranu Pane karena membelah bukit. Hanya saja jalur ini tidak cocok untuk pendaki yang baru akan berangkat ke Ranu Kumbolo dari Ranu Pani karena memang jalurnya yang cenderung banyak menanjak dari arah Ranu Pani. Dikhawatirkan akan menyebabkan pendaki akan mengalami kelelahan terlebih dahulu sebelum sampai di Ranu Kumbolo. Sedangkan jika kita pulang ke Ranu Pani melalui jalur Ayak-Ayak ini akan lebih cepat meskipun pada bukit pertama kita akan terkuras tenaganya lantaran trek yang terus menanjak. Tapi, kelelahan yang dirasakan akan terbayar dengan suguhan indah lembah Ayak-Ayak.
Saran saya, bersabarlah terus ketika melalui jalur ini karena memang treknya menanjak terus. Titik klimaks jalur trekking yang menanjak baru kita temui setelah melewati satu buah bukit yang diakhiri dengan sebuah tangga ke atas di bukit berbatu. Dari situ jalur seterusnya adalah trek bonus menurun. Dan siapa sangka menjelang perkebunan milik warga ditemukan jejak bekas ban motor. Ternyata di bawah sana dekat dengan perkebunan warga ad ojeg motor lho. Kalau sudah cape ‘gak usah gengsi naik ojeg sampai Ranu Pani apalagi jika kita mengejar waktu seperti tim Elang ini hehe. Tapi ‘gak semuanya kok naik ojeg. Iqbal, Samsudin, Kamil dan Wahyu sudah lebih dulu sampai di Ranu Pani dengan tetap berjalan kaki melalui kebun kentang milik warga. Trek Ayak-Ayak ini mirip dengan jalur Bayongbong di Gunung Cikuray yaitu trek menurun yang melintasi kebun warga di sekitar gunung.
Setibanya di Ranu Pani, saya melihat Mbak Weyna dan Mas Eko sudah terlebih dahulu duduk di warung. Saya, Om Wilson, Lita, Ka Yiyi, Mbak Renta dan Reza baru saja tiba. Langsung deh kami serbu itu yang namanya minuman berwarna, teh manis serta gorengan. Saya langsung berinisiatif minta dibuatkan mie rebus lengkap dengan telur rebus. Rasanya maknyus dan sukses membuat ngeces Mbak Weyna, Om Wilson, Mas Eko, Mbak Renta dan Reza. Haha ajibbb banget kan? Kita kan ‘gak sempet bikin mi rebus pakai telur di atas hehe.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Kami harus bergegas menuju Pasar Tumpang. Mbak Nur dan Mbak Agustina juga sudah bergabung. Kali ini masih pada gengsi untuk duduk di kursi depan padahal habis itu hujan. Ini adalah kenangan manis dari Semeru, pulang dengan berasah-basah ria di jeep. Iqbal, Wahyu, Kamil, Mas Eko, Ka Yiyi Samsudin, Fendy, Reza dan Lita adalah orang yang paling banyak kecipratan air hujan. Padahal mereka tadi semangat sekali lho berdiri di pinggir jeep. Karena hujan terus-menerus turun sampai Pasar Tumpang akhirnya mereka takluk juga. Selembar terpal sukses menyelimuti kami saat itu. Kami sudah tiba di Pasar Tumpang sekitar pukul 15:00 WIB. Semua barang sudah diturunkan untuk berganti ke mobil angkot yang sudah disiapkan.
Alhamdulillah kami tidak terlambat sampai di Stasiun Kota Baru Malang. Kereta Matarmaja sudah siap membawa kami kembali ke Jakarta pulang ke rumah masing-masing untuk bersua dengan keluarga.
Semua rangkaian petualangan selama 6 hari di Semeru tak terlupakan dan menjadi pengalaman tersendiri bagi kami semua. Sampai jumpa lagi kawan, terimakasih atas kebersamaannya di Semeru.
Mahameru akan selalu menjadi puncak impian……….
Lihat video ini yuk, sebagai ungkapan terimakasih kepada sahabat dan alam Semeru, juga kepada Allah SWT yang telah mengizinkan kami menginjakkan kaki ke puncak tertinggi di Pulau Jawa.
“setinggi-tingginya gunung tidak akan lebih tinggi dari mata kaki jika kita mau mendaki” –pepatah-
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (5) Summit Attack (Arcopodo-Puncak Mahameru-Ranu Kumbolo)
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (4) Cemoro Kandang-Kalimati
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (3) Tanjakan Cinta-Oro-Oro Ombo
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (2) Ranu Pani-Ranu Kumbolo
Cerita Sebelumnya: Petualangan Mahameru: (1) Jakarta-Ranu Pani
sofia zhanzabila
evrinasp
ara
evrinasp
evrinasp
rahmiaziza
evrinasp
handdriati
evrinasp
ipah kholipah
evrinasp
Mechta
evrinasp
Beby
evrinasp
Amri Evianti
evrinasp
Jovi fitra
evrinasp
Dwi Puspita
evrinasp
depal
evrinasp
Pingback: Petualangan Mahameru: (5) Summit Attack (Arcopodo-Puncak Mahameru-Ranu Kumbolo) | Evrina Budiastuti
Ezra Raditya
evrinasp