“Cep, loe ngapain ke wisata Pontianak segala, pake tempat kampung halaman lagi?” celetuk Hendra di salah satu media sosial milik saya. “Iseng aja tong”, jawab saya singkat. Iseng? Enggak juga sih, memang sudah niat kalau ada rezeki ingin sekali menginjakkan kaki di salah satu perwakilan Pulau Kalimantan. Wisata Pontianak menjadi pilihan karena ibu kota Provinsi Kalimantan Barat ini dilalui oleh garis khatulistiwa dan Sungai Kapuas yang terkenal itu. Kebetulan saya memiliki teman kuliah yang berasal dari Pontianak meskipun saat itu dia sedang tidak berada di sana, tapi ternyata saya malah bertemu dengan teman yang satu lagi, jadi reunion deh kita di sana. Nah ini merupakan cerita ngebolang saya berwisata ke Pontianak beberapa waktu yang lalu, saya baru sempat menuliskannya sekarang dan sayang kalau tidak diceritakan. Berikut cerita lebih lengkapnya ya.
Tiba di Pontianak
Sebenarnya jadwal keberangkatan pesawat harusnya pukul 2 siang, lalu mengalami delay hingga pukul 4 sore dan delay lagi hingga pukul 6. Duh nasib jadi kelamaan menunggu di bandara deh. Waktu itu saya naik Sriwijaya Air, alasannya delay katanya sih karena keadaan cuaca dan belum tersedia maskapai di bandara jadi mengalami keterlambatan. Sebagai kompensasi, para penumpang diberikan snack berupa roti dan air minum. Dulu waktu ke Ternate juga maskapai ini mengalami keterlambatan dan memberikan kompensasi yang sama. Semoga ini tidak sering ya, hanya karena faktor cuaca saja.
Saya tiba di Bandar Udara International Supadio sekitar pukul 08:30 wib, wew sudah sangat malam dari jadwal sebelumnya. Saya jadi tidak bisa melihat hamparan kebun kelapa sawit dari atas pesawat karena sudah malam. Kemudian karena delay tersebut, teman yang tadinya mau menjemput jadi tidak bisa datang karena sudah terlalu malam. Tapi, saya dijemput oleh semacam ojeg online berlabel “Angkuts” yang ada di Pontianak. Wah ini juga seru soalnya jadi bisa melihat keadaan kota banget, apalagi yang jemput anak mahasiswa, dia bercerita sepanjang jalan mengenai Pontianak.
Oh iya, kalau mau mengeksplor wisata Pontianak bisa banget nih pakai “Angkuts” untuk mengantarkan. Sama seperti ojeg online yang ada di Jakarta, “Angkuts” ini bis ajuga kita gunakan untuk mengantar barang, memesan makanan, atau mengangkut sampah lho. Iya ternyata awalnya “Angkuts” diciptakan untuk mengakut sampah, tapi lama kelamaan dikembangkan untuk mengantar orang juga seperti halnya ojeg online. Teman-teman bisa mendownload di Play Store, gratis. Eh iya, ini bukan iklan berbayar kok, saya cuma ingin memberi tau saja hehe.
Saya menginap di Hotel Green Leaf Inn yang sudah dipesan beberapa waktu sebelumnya. Hotel ini terletak di Jalan Raya Gajah Mada dan cocok untuk para backpacker. Kamarnya tidak terlalu besar sih, tapi bagi saya lumayanlah untuk sekedar singgah saja. Namanya juga jalan-jalan yang banyak menghabiskan waktu di luar bukan staycation, iya kan?.
Warung Kopi Asiang
Pagi hari, teman blogger Pontianak bernama Mas Dwi Wahyudi menghubungi (halo Mas Dwi) untuk ngopi pagi di Warung Kopi Asiang yang ada di Jalan Merapi, Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243. Kalau dari tempat saya menginap di Jalan Gajah Mada, nanti tinggal jalan lurus terus lalu belok ke kanan ke arah Jalan Merapi, atau kalau bingung tinggal buka saja Google Map, jadi deh.
Mas Dwi mengatakan, kalau mau ke wisata Pontianak wajib banget deh ke Warung Kopi Asiang yang terkenal sebagai pembuat kopi tanpa memakai baju. Itu adalah salah satu keunikannya ditambah dengan warung kopi ini hanya buka hingga siang hari saja. Kalau tidak salah hanya sampai pukul 13.00 wib, makanya sejak pagi hari pengunjung warkop ini sangat ramai hingga harus antri lho.
Waktu itu saya memesan teh susu saja karena memang saya tidak minum kopi. Rasanya ini teh susu terenak yang pernah saya rasakan. Biasanya saya kurang begitu suka dengan teh susu dan ternyata saya bisa menghabiskan satu cangkir teh susu di sini. Oh iya, menurut penuturan Mas Dwi, Warkop Asiang ini sudah ada sejak tahun 50an dan sedang meregenasi anaknya untuk meneruskan usaha. Meskipun saat ini sudah serba canggih, Warkop Asiang tidak menyediakan Wifi bagi pengunjung, jadi full untuk berbincang dan menikmati kopi saja. Jadi benar-benar mempertahankan tradisi yang ada sejak lama.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 wib, saya dan Mas Dwi menyudahi kopdar singkat saat itu karena harus bertemu dengan teman saya yang satu lagi untuk mengeksplor Pontianak.
Tugu Khatulistiwa, Destinasi Wisata Pontianak Pertama
Teman saya bernama Fifi sudah datang ke hotel untuk menemani ke beberapa destinasi yang ada di Pontianak. Sebelumnya terimakasih ya Fifi sudah mau mengantar, padahal kalau hari Sabtu harusnya Fifi beristirahat. Setelah sarapan nasi kuning di hotel, kami langsung berangkat ke salah satu destinasi terkenal yang ada di Pontianak yaitu Tugu Khatulistiwa.
Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Siantan, Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Waktu saya dan Fifi ke sana cuacanya agak mendung jadi tidak terlalu panas, Alhamdulillah. Saya heran, ternyata untuk datang ke destinasi ini kami tidak dikenai biaya sedikitpun bahkan untuk parkir, jadi saat itu semuanya gratis. Wah ternyata begini ya Tugu Khatulistiwa, eh tugu aslinya ada di dalam lho bukan yang di luar. Waktu saya masuk ke dalam, sedang ada dua orang yang terlihat meneliti di sekitar tugu tersebut. Saya hanya melihat sebentar saja karena bergantian dengan pengunjung lainnya.
Di luar tugu sedang ada pembangunan water front yang akan dijadikan salah satu objek wisata terintegrasi dengan Tugu Khatulistiwa. Wah sepertinya akan lebih indah dan lebih ramai lagi kalau prose pembangunan sudah selesai. Sayangnya waktu kami ke sana, masih belum selesai, meskipun begitu tidak mengurangi keistimewaan area Tugu Khatulistiwa.
Destinasi Wisata Pontianak: Keraton Kadriah
Destinasi wisata Pontianak selanjutnya adalah Keraton Kadriah milik kesultanan Pontianak. Keraton Kadriah berada di jalan Jalan Raya No.1, Dalam Bugis, Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243. Saya terpukau dengan keraton ini karena dari jauh sudah terlihat mencolok berkat warna kuning dan emas. Menurut Fifi, tidak semua orang beruntung bisa datang ke sini karena keraton kadang dibuka kadang juga ditutup. Waktu Fifi ke sini, keraton sedang ditutup sehingga tidak bisa masuk ke dalam. Nah, kemarin waktu bersama dengan saya, Alhamdulillah keraton sedang dibuka sehingga kami bisa masuk ke dalam untuk melihat isinya. Alhamdulillah wong bejo iki *keplak*.
Sama seperti keraton yang pernah saya kunjungi, di dalamnya terdapat beberapa foto, pernak-pernik perkakas, serta singgasana untuk tempat duduk sultan. Ada hiasan khas melayu yang menghiasi sekitaran singgasana dengan warna terang dan keemasan.
Di sisi kiri dan kanan secara bersebrangan keraton terdapat kaca tinggi bernama The Thousand Mirror yang dihadiahkan dari Prancis untuk kesultanan pada tahun 1823. Keistimewaan dari cermin ini adalah tidak memantulkan banyak banyangan secara lurus ke atas dari arah orang yang melihat. Saya sampai berjinjit dan mengambil posisi lebih rendah untuk melihat bayangan saya di cermin satunya tapi tetap saja tidak bisa. Cermin ini pasti dibuat dengan teknik khusus, jadi memantulkan bayangannya sejajar dengan objek sehingga kita tidak bisa melihat bayangan secara langsung.
Masih di sekitar komplek kesultanan, dari arah keraton kami berjalan menuju Masjid Sultan Syarif Abdurahman. Masjid ini memiliki arsitektur yang unik terbuat dari kayu serta masih memiliki warna kuning sebagai lambang kejayaan. Di depan masjid terdapat gardu pandang yang menghadap Sungai lengkap dengan kapal yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Menikmati Chai Kue
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Saya dan Fifi langsung menuju rumah makan yang recommended menurut Fifi. Kami menuju Gleam Cafe yang ada di Jalan Sidas, Tengah, Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78243 untuk menikmati Chai Kue. Ini pengalaman saya menikmati Chai Kue yang menurut saya mirip dengan dimsum.
Kami memesan satu porsi Chai Kue berisi 20 buah Chai Kue dengan varian rasa. Satu buah Chai Kue harganya Rp. 1000,- saja dengan minimum order 15 buah. Waktu itu kami memesan Chai Kue dengan isi kacang hijau, rebung, kucai, bengkoang dan keladi. Rasanya bagaimana? Hmmm enak banget, gurih, dan lezat berkat minyak bawang putih di atasnya ditambah dengan saus asam pedas yang membuat Chai Kue makin nikmat untuk disantap.
Selain Chai Kue, saya juga menikmati oseng Daun Pakis yang tumbuh liar itu. Saya baru tau lho kalau ternyata daun pakis bisa dimakan. Daun pakis oseng ini terasa kenyal ketika digigit, seperti daun apa ya? entahlah. Ini yang masak pinter sekali karena lagi-lagi rasa gurih membuat kami sangat berselera untuk menghabiskannya.
Bermunajat di Masjid Raya Muhajidin, Wisata Pontianak Religi
Setelah kenyang menikmati Chai Kue, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Raya Muhajidin Pontianak untuk melaksanakan shalat zhuhur. Subhanallah masjidnya megah dan indah, walaupun saat itu sedang diguyur hujan, saya sampai rela untuk mengabadikannya di dalam kamera.
Arsitektur di dalam masjid juga tak kalah indah. Ukiran kaligrafi hingga ke atap masjid membuat saya berpikir bagaimana manusia membuat itu semua sampai rapih dan indah ya? Fifi mengatakan kalau untuk membangun masjid ini membutuhkan waktu yang cukup lama hingga selesai. Pantas saja, karena detailnya membutuhkan waktu dan kecakapan tersendiri.
Rumah Adat Betang Radakng
Menjelang sore, Fifi mengajak saya ke rumah adat Betang Radakng yang merupakan rumah adat suku dayak. Rumah ini berada di Jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak. Radakng. Bentuknya sangat panjang dan tinggi, dari beberapa literatur yang saya, rumah adat ini memiliki panjang hingga 132 meter dengan tinggi 7 meter. Mengapa rumah ini dibuat sangat panjang? Karena rumah adat ini dibangun untuk ditempati oleh beberapa kepala keluarga yang jumlahnya tidak tanggung-tanggung hingga mencapai 20 kepala keluarga. Itu sebabnya di rumah panjang ini, saya menemukan banyak pintu dengan sejumlah kamar ditambah dengan arsitektur khas dayak yang terukir di beberapa dinding.
Oh iya, di depan rumah adat terdapat enam buah tiang tinggi dengan burung Enggang sebagai penjaga. Kalau mau naik ke atas rumah Betang Radakng harus melalui tangga yang tersedia. Awalnya saya mengunjungi bangunan asli yang ada di salah satu sudut kota namun tidak boleh dinaiki karena umurnya sudah tua. Baru ketika ke rumah replikanya, saya bisa naik ke atas rumah yang megah itu.
Reuni Tak Sengaja
Setelah mengeksplor seharian di Pontianak, saya senang sekali karena tanpa sengaja dapat bertemu dengan teman satu kelas sewaktu kuliah dulu. Namanya adalah Wahid Hasyim Hani yang sebenarnya juga bekerja di Jakarta tetapi sedang bertugas sebentar di Pontianak. Ampun deh, sama-sama dari Pulau Jawa tetapi bertemunya di Pontianak.
Kami berbincang sore sambil menikmati es kacang merah di Ayam Pak Usu. Bagi saya, es kacang merah ini rasanya manis, enak untuk me time kalau sedang jenuh. Tetapi menurut Wahid dan Fifi masih ada lagi yang lebih enak, sayangnya sedang tidak buka tempatnya. Ternyata di sini, teman saya Wahid sedang bertugas mentraine beberapa clientnya dalam hal penggunaan pupuk. O iya, kami sama-sama lulusan pertanian, jadi kerjaannya seputar budidaya termasuk perangkat pupuknya.
Wahid mengatakan kalau dia sudah khatam menyusuri beberapa sudut kota kabupaten yang ada di Kalimantan. Dari mulai jalanan yang datar beraspal sampai berbukit yang jauh kemana-mana. Wew saya jadi membayangkan hutan Borneo yang sangat luas, hijau dan indah. Semoga nanti bisa merasakan seperti Wahid, menyusuri jalan yang ada di Pulau Kalimantan.
Baiklah, waktu sudah semakin sore ngebolang ke wisata Pontianak part 1 selesai dengan manis seperti halnya es kacang merah. Apalagi tanpa terduga dapat bertemu dengan sahabat lama yang hanya bertemu di chat grup kuliah saja itu rasanya menyenangkan sekali. Thanks to Fifi yang sudah menemani selama seharian penuh di Pontianak. Cerita selanjutnya akan disambung pada postingan berbeda ya.
Donna Imelda
evventure
Nasirullah Sitam
evventure
turis cantik
evventure
fanny fristhika nila
evventure
Mirwan Choky
evventure
Djangkaru Bumi
evventure
Travelling Addict
evventure
bee balqis
evventure
Sandra
evventure
Pingback: Ngebolang ke Pontianak: Part 2 - evventure
Nathalia DP
evventure
Pingback: Wisata Religi Masjid Kubah Emas Depok Jawa Barat
Rudi Chandra
evventure